REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (8/1) pagi menguat 62 poin menjadi Rp 12.200 dibanding sebelumnya di posisi Rp 12.262 per dolar AS.
"Dominasi dolar AS sedikit mereda merespon melambatnya data-data manufaktur AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (8/1).
Namun di sisi lain, lanjut dia, data pesanan pabrikan Amerika Serikat menunjukkan kenaikan sehingga sentimen terhadap pasar valas di dalam negeri cukup bervariasi. "Selain itu, pergerakan rupiah juga akan terimbas sentimen dari kekhawatiran pengurangan stimulus keuangan AS dalam bentuk quantitative easing (QE) yang akan dilakukan pada bulan ini," katanya.
Analis Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan data defisit perdagangan Amerika Serikat yang menyusut serta proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk kuartal empat dapat menahan laju mata uang domestik. "Defisit perdagangan AS menyusut pada bulan November seiring meningkatnya ekspor dan meredanya pertumbuhan impor AS," katanya.
Ia menambahkan pergerakan rupiah juga terbatas menjelang publikasi rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (8/1) waktu AS, investor akan terus mencermati seberapa agresif kebijakan the Fed itu.