REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG –- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kenaikan elpiji dan bahan bakar minyak (BBM) biasanya akan menyumbang angka inflasi pada bulan berjalan tersebut paling tidak 0,3 persen. Kenaikan mendadak dan tinggi untuk komoditas rakyat tersebut, menimbulkan gejolak pasar yang dampaknya meluas.
“Memang, kalau elpiji atau BBM naik, akan menyumbang inflasi paling tidak minimal 0,3 persen dari golongan komoditas lainnya. Sebab, kedua energi tersebut berpengaruh di masyarakat,” kata Kepala BPS Lampung, Adhi Wiriana, di Bandar Lampung, Kamis (2/1).
Adhi mengatakan kenaikan BBM pada pertengah tahun lalu, dari hasil survey BPS menunjukkan angka inflasi bertambah, sebab komoditas ini menjadi sumber pentinga dalam masyarakat, untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Begitu juga elpiji yang naik, jelas berkaitan dengan konsumsi rakyat karena harga-harga akan ikut naik.
Menurut dia, ada sedikit perbedaan kalau kenaikan elpiji 12 kg yang rata-rata untuk kelas menengah ke atas, sehingga belum berpengaruh banyak dengan masyarakat ke bawah, yang menggunakan elpiji subsidi tiga kilogram. “Kalau gas melon, mungkin pengaruh cepat kalau naiknnya tinggi,” ungkapnya.
Namun, kata dia, elpiji 12 kg sekarang harganya di atas Rp 120 ribu, berpengaruh pada dunia usaha terutama usaha kecil dan menengah. Dampaknya, biaya produksi meningkat dan harga produk menjadi naik, sehingga daya beli masyarakat pun berkurang.