Jumat 20 Dec 2013 18:02 WIB

Ini Jurus Pengusaha Hadapi Ancaman Krisis

Rep: Elba Damhuri/ Red: Fernan Rahadi
Krisis Ekonomi (ilustrasi)
Foto: ©hangthebankers
Krisis Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pengusaha dan investor di Tanah Air diminta untuk tidak khawatir atas persoalan ekonomi yang terjadi saat ini. Yang diperlukan, pengusaha tidak terbawa nafsu untuk melebarkan sayap bisnisnya.

Wakil Ketua Kadin Indonesia Komite Cina (KIKC) Jacob Hendrawan menyatakan masih tidak menentunya perekonomian domestik dan global hendaknya membuat pengusaha lebih berhati-hati dan tidak banyak melakukan ekspansi usaha. Yang terbaik yang bisa dilakukan, kata Jacob, melakukan konsolidasi usaha dan keuangan. 

"Langkah ini akan membantu perekonomian Indonesia agar tidak makin memburuk," kata Jacob, Jumat (20/12).

Ia mengajak para pengusaha untuk tidak membuat utang luar negeri baru, terutama dalam dalam mata uang asing. Jacob beralasan, melemahnya rupiah atas dolar AS akan membuat beban keuangan kian buruk.

Pemerintah dan swasta juga harus siap mengangtisipasi kebijakan the Fed, bank sentral AS, yang akan melakukan tapering yang diperkirakan akan terjadi di awal tahun depan. Menurut Jacob, pengetatan fiskal dan moneter harus diiringi dengan reformasi struktural.

"Risiko terbesar yang mungkin kita hadapi adalah volatilitas di pasar keuangan,” ujar Jacob yang menjadi pengurus Kadin pimpinan Rizal Ramli itu.

Indonesia menghadapi persoalan serius pada defisit transaksi berjalan yang meliputi defisit perdagangan, defisit jasa, dan defisit modal. Inflasi tinggi masih mengancam di mana pada akhir 2013 ini diperkirakan masih di atas 8 persen, sementara suku bunga perbankan terus naik, dengan BI Rate 7,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement