Kamis 19 Dec 2013 09:01 WIB

Bank Sentral AS Kurangi Stimulus Moneter Januari 2014

Rep: Friska Yolandha/Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).
Foto: AP/Richard Drew
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12) mengumumkan akan mulai mengurangi program stimulus besar-besarannya mulai Januari 2014, karena pihaknya melihat perbaikan dalam ekonomi dan pasar kerja AS yang sedang sakit.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan, setelah pertemuan kebijakan moneter dua hari mereka, The Fed akan mengeluarkan 75 miliar dolar AS per bulan untuk pembelian obligasi mulai Januari 2014. Jumlah ini turun dari 85 miliar dolar AS per bulan yang telah dibelanjakan selama satu tahun dalam upaya untuk menurunkan suku bunga jangka panjang guna merangsang pertumbuhan dan pekerjaan.

"Sehubungan dengan kemajuan kumulatif ke arah lapangan pekerjaan maksimum dan perbaikan dalam prospek kondisi pasar tenaga kerja, Komite memutuskan untuk mengurangi secara moderat laju pembelian aset," kata FOMC dalam sebuah pernyataan.

Memperhatikan pemotongan belanja pemerintah federal sejak awal program pembelian aset saat ini, FOMC mengatakan melihat peningkatan kegiatan ekonomi dan kondisi pasar tenaga kerja selama periode tersebut sebagai konsisten dengan kekuatan yang mendasari pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.

Dalam prakiraan ekonomi terbaru, The Fed memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) antara 2,8 persen hingga 3,2 persen, sepuluh poin lebih luas daripada kisaran 2,9-3,1 persen yang diproyeksikannya pada September.

The Fed memproyeksikan tingkat pengangguran yang saat ini mencapai 7,0 persen, akan jatuh menjadi ke kisaran 6,3-6,6 persen pada akhir tahun depan, sebuah peningkatan dari estimasi sebelumnya 6,4-6,8 persen.

Bank sentral, seperti yang diperkirakan secara luas, mempertahankan suku bunga utamanya pada 0-0,25 persen, yang telah bertahan selama lima tahun untuk mendukung pemulihan ekonomi AS dari resesi.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement