REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan komoditas sawit, belum banyak investor yang agresif mengelola hortikultura sebagai produk perkebunan. Padahal dilihat dari potensinya, dukungan iklim dan keberadaan pasar yang besar menjadi peluang bisnis yang bagus.
Menteri Pertanian Suswono berharap lebih banyak pengusaha yang tertarik menggarap hortikultura. Kementerian Pertanian (Kementan) pada dasarnya akan memberikan kemudahan berinvestasi dari segi regulasi, terlebih bila niatnya membantu mengurangi impor. "Syukur-syukur bisa ekspor," katanya Kamis (12/12).
Beberapa produk yang permintaannya cukup besar yaitu pisang dan nanas. Untuk pisang, produk ini sudah diekspor ke 60 negara. Berdasarkan data Kementan, total volume ekspor pertanian sejak 2008 hingga 2012 mengalami perkembangan sebesar 3,77 persen dengan nilai ekspor sebesar 10.037.836 dolar AS. Sedangkan total volume impor dalam periode yang sama mengalami perkembangan sebesar 6,98 persen dengan total nilai impor sebesar 3.761.864 dolar AS. Produk kelapa sawit memberikan kontribusi terbesar dengan nilai ekspor 5.854.513 dolar AS.
Mentan pun menyarankan agar membangun bisnis yang terintegrasi, misalnya dengan juga membangun peternakan sapi. Selain bisa memberikan nilai tambah, harapannya bisnis menjadi lebih stabil karena ada beberapa sumber penghasilan.
Dirjen Hortikultura Kementan, Hasanuddin Ibrahim mengatakan pangsa pasar hortikultura masih besar. Tahun depan ia memproyeksikan lima produk yang permintaannya paling besar setiap bulan, yaitu tomat, bawang merah cabai besar, cabai rawit dan kentang. Selain itu Indonesia masih akan mengimpor bawang putih dalam jumlah banyak. Tahun lalu, produksi bawang putih mencapai 17.630 ton dengan jumlah impor sebesar 471.105 ton.
"Impor sayur didominasi bawang putih, secara total volumenya antara 8-11 persen dibandingkan produksi dalam negeri," katanya.
Lalu untuk produk buah, impor masih didominasi oleh produk jeruk, apel, pir dan anggur. Tahun lalu, produksi buah nasional mencapai 18.916.731 ton. Sedangkan volume impor buah tahun lalu mencapai 914.233 ton.
Sebagai bagian dari masyarakat global, Hasanuddin melihat sejumlah kendala harus segera dicarikan solusi. Amerika Serikat dan Uni Eropa, misalnya, kini semakin ketat menyeleksi produk yang masuk ke negaranya terkait isu lingkungan dan sosial khususnya di sektor perkebunan.
Lalu ada isu kesehatan yang mengganjal produk kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) milik Indonesia. Lalu serangkaian persyaratan kesehatan lan yang kerap menjadi ganjalan yaitu residu pestisida pada buah dan sayur, cadmium pada kakao, karbaryl pada kopi dan kandungan nutrisi (beta karoten) pada CPO.