Rabu 11 Dec 2013 16:38 WIB

Wamendag: Indonesia Siap Bersaing Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

Rep: Nora Azizah/ Red: Nidia Zuraya
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Foto: blogspot.com
Masyarakat Ekonomi ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sudah dalam kondisi siap bersaing untuk ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku pada 2015 mendatang. Sebab pintu menuju MEA sudah 80 persen terbuka di Indonesia. Hanya 20 persen saja kesiapan yang harus dibenahi Indonesia.

"Dalam hal ini ketakutan yang harus dihilangkan," kata Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi dalam Seminar 'Bertahan dan Menang Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015' Kementerian Perdagangan dan Standard Chartered di Gedung SMESCO, Jakarta, Rabu (11/12).

Bayu menegaskan, Indonesia memiliki peluang besar dalam merebut pasar ASEAN. Dari rata-rata 600 juta penduduk di ASEAN, Indonesia menguasai 250 juta-nya. Sisanya sekitar 350 juta tersebar di beberapa negara lainnya. Meski kesulitan masih ada dalam menembus pasar Singapura dan Malaysia. Tetapi ada negara lain yang bisa menjadi target pasar. Dengan melihat terbukanya pasar yang besar, mental para pelaku usaha sudah harus dibenahi sejak saat ini.

Indonesia memiliki peluang besar apabila melihat hambatan secara detail dan rinci. Dari sisi produk, kualitas Indonesia sudah tak bisa diremehkan. Namun memang masih lemah dari segi jasa. Seperti back up produk yang tergolong belum cukup bagus. Dalam hal sertifikasi, labelisasi, dan lain sebagainya.

Tetapi Kementerian Perdagangan baru saja meresmikan self certification berbentuk e-SKA atau elektronik Surat Keterangan Asal. Sehingga para eksportir bisa membuat sendiri SKA dengan sistem online. Disamping itu, sekitar 95 persen menggunakan jasa angkut milik asing. Hal ini yang mungkin bisa menjadi fokus topik untuk diselesaikan.

Menurut data Kementerian Perdagangan, sekitar 2700 Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia yang menjadi eksportir stabil. Artinya, para pelaku usaha tersebut rutin secara terus menerus melakukan ekspor barang. Ekspor dunia didominasi 40 persen oleh UKM karena memiliki fleksibilitas. Sehingga ada baiknya UKM Indonesia tidak hanya menjadi nomor satu, tapi satu-satunya yang menjual produk kebanggaan. "Ini bisa menjadi modal penting memasuki MEA," jelas Bayu.

Hal senada juga diutarakan Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta. Menurutnya, Indonesia sudah memiliki potensi sejak dini memasuk pasar ASEAN.

Dari segi produk, hampir semua bidang tidak kalah saing dengan karya negara lain. Seperti saat membawa UKM Indonesia ke Malaysia beberapa waktu lalu. Produk tempat tisu asal Bojonegoro, Jawa Timur, habis diborong konsumen Malaysia hanya dalam waktu beberapa jam. Sebab, dari segi kualitas sangat bagus. Harga yang ditawarkan Rp 50 ribu, sedangkan Malaysia bisa menjual produk serupa seharga 25 dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement