REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menyatakan pengembang bakal bersaing ketat dalam memperebutkan segmen pelanggan untuk sektor properti 2014 yang diprediksi semakin jenuh terutama setelah kenaikan BI rate.
"Para pengembang akan berlomba untuk memenangkan persaingan di pasar sempit di tengah perlambatan siklus properti dan ekonomi yang sedang berlanjut," kata Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (10/12).
Menurut dia, meski terjadi perlambatan di sektor properti tetap akan ada permintaan pasar sehingga harga properti diprediksi juga tidak akan jatuh tetapi hanya mengalami fenomena penundaan permintaan dari pasar. Memasuki 2014, ia berpendapat bahwa secara keseluruhan pasar properti akan melambat karena pasar segmen menengah atas dihadapkan dengan harga yang sudah terlalu tinggi sehingga banyak pengembang yang merasa terlalu tinggi untuk menjual produknya.
"Sedangkan di sisi permintaan telah mengalami kejenuhan. Hal ini membuat aksi spekulasi semakin menurun. Para pengembang pun mulai melakukan resizing dengan memasuki pasar perumahan di segmen lebih rendah. Harga rumah Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar akan menjadi primadona di 2014," ujarnya.
Di segmen menengah, menurut Ali, permintaan menjadi sedikit tertunda dengan naiknya suku bunga KPR, menyusul naiknya BI Rate di tingkat 7,5 persen yang menyebabkan bank-bank mematok suku bunga KPR diatas 10,5 persen. Indonesia Property Watch menyatakan bahwa dengan naiknya suku bunga tersebut, diperkirakan permintaan terhadap sektor properti juga diperkirakan akan anjlok sebesar 20-25 persen pada tahun 2014.
Sebelumnya, Ali mengemukakan bahwa pelaku properti perlu untuk mengambil kesempatan yang bisa diperoleh terkait penyelenggaraan Pemilu 2014 agar sektor tersebut tidak berjalan stagnan. "Sebagian pihak melihat kegiatan Pemilu 2014 akan berdampak pada pasar properti yang akan membuat pasar wait and see," katanya.
Menurut Ali, sikap menunggu tersebut dilakukan kalangan pebisnis termasuk di sektor properti guna mengantisipasi sambil melihat perkembangan arah politik nasional yang lebih jelas. Namun di sisi lain, Indonesia Property Watch melihat kegiatan politik menjelang Pemilu 2014 dapat dijadikan momen yang sangat baik untuk para pengembang.
Ia berpendapat, para pengembang bisa berupaya dalam menggenjot penjualan perumahan dan propertinya di segmen menengah bawah, paling tidak dalam triwulan pertama 2014. Hal itu, ujar dia, karena adanya pembelanjaan dana dari kegiatan partai dari mulai pembuatan kaos, bendera, dan atribut partai lainnya, serta pemasangan iklan dan sosialisasi yang diperkirakan dapat mencapai puluhan miliar.
"Belum lagi kampanye yang dilakukan para caleg yang juga akan berdampak terhadap ekonomi daerah meskipun dalam jangka waktu yang pendek," katanya.