REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (9/12) pagi bergerak menguat terhadap dolar AS sebesar 84 poin menjadi Rp 11.910 dibanding posisi Jumat (6/12) Rp 11.994 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan bahwa penguatan rupiah salah satunya didorong dari data ekonomi Cina yang membaik sehingga dapat memberikan harapan stabilnya perekonomian negara di Asia. "Ini dapat memberikan sentimen positif mengingat perbaikan ekonomi Cina dapat menimbulkan harapan akan membaiknya kondisi neraca perdagangan Indonesia. Cina merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia," katanya di Jakarta, Senin (9/12).
Meski demikian, lanjut dia, rupiah masih khawatir dengan potensi pengurangan stimulus Federal Reserve dalam waktu dekat paska publikasi data tenaga kerja AS yang membaik. "Selain itu, Investor juga terlihat berhati-hati menanti pengumuman paket kebijakan ekonomi Indonesia untuk melihat keseriusan pemerintah mengatasi perlambatan ekonomi, tingginya inflasi, defisit neraca perdagangan," tambahnya.
Ia memproyeksikan bahwa pergerakan rupiah di pasar uang mungkin diperdagangkan di kisaran Rp11.870-Rp 12.070 untuk hari ini," kata Zulfirman.
Sementara itu, Analis Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan bahwa jika nilai tukar rupiah tidak dapat bertahan dalam area positif pada Desember ini maka diperkirakan pada tahun depan koreksinya dapat lebih dalam. "Kalau rupiah tidak segera menguat dalam bulan ini, maka tahun depan untuk menjaga kestabilan nilai tukar domestik akan lebih berat karena isu tapering off bisa semakin kuat," katanya.
Menurut dia, level rupiah di Rp 12 ribu per dolar AS kemungkinan masih bisa diterima pasar, namun jika menembus level itu dikuatirkan dapat memicu spekulator dan kepanikan yang akhirnya membuat krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.