REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (6/12) sore bergerak melemah tipis sebesar lima poin menjadi Rp 11.967 dibanding posisi sebelumnya (5/12) Rp 11.962 per dolar AS.
Analis Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih cenderung melemah, jika tidak dapat bertahan dalam area positif maka diperkirakan pada tahun depan koreksinya dapat lebih dalam.
"Kalau rupiah tidak segera menguat dalam bulan ini, maka tahun depan untuk menjaga kestabilan nilai tukar domestik akan lebih berat karena isu 'tappering' bisa semakin kuat," katanya.
Menurut dia, level rupiah di Rp 12.000 per dolar AS kemungkinan masih bisa diterima pasar, namun jika menembus level itu dikuatirkan dapat memicu spekulator dan kepanikan yang akhirnya membuat krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.
Sementara itu, Analis Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan mata uang rupiah pada akhir pekan ini cukup stabil bergerak dalam kisaran sempit. Kemungkinan Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar uang.
Ia menambahkan pergerakan rupiah itu juga dipicu dari pelaku pasar yang mengambil posisi 'wait and see' mengantisipasi kebijakan bank sentral AS (the Fed) selanjutnya agar investasi yang dikelola tidak tergerus.
Menurut dia, menjelang pengumuman suatu kebijakan baik dari domestik maupun eksternal pergerakan mata uang rupiah akan cenderung mengalami pelemahan.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 11.960 dibanding sebelumnya (5/12) di posisi Rp 12.018 per dolar AS.