REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of The Asia Desk Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Development Centre Kensuke Tanaka mengatakan perekonomian negara berkembang Asia akan tetap kuat dalam beberapa tahun mendatang, terutama Cina masih dominan di kawasan tersebut.
"Dalam jangka pendek, pertumbuhan di kawasan ASEAN masih akan positif, Cina berada dalam posisi yang stabil dan India mulai melemah," katanya dalam seminar internasional 'Structural Policy Challenges in Indonesia' di Jakarta, Kamis (5/12).
Kensuke menjelaskan prospek negara berkembang Asia yang terdiri atas negara Asia Tenggara, Cina dan India tersebut, didukung oleh kenaikan permintaan domestik, dengan proyeksi pertumbuhan rata-rata per tahun 6,9 persen selama periode 2014-2018. "Pertumbuhan diproyeksikan melambat secara gradual, karena lebih rendah dari pertumbuhan sebelum periode krisis keuangan global tahun 2000-2007. Namun, kawasan ini tetap memegang peranan penting dalam perekonomian global," ujarnya.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi pada periode 2014-2018 dengan rata-rata mencapai 6,0 persen, diikuti Filipina sebesar 5,8 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Thailand 4,9 persen. "Ekonomi Singapura juga diperkirakan tumbuh sebesar 3,3 persen pada periode yang sama, sedangkan Kamboja, Laos, Vietnam dan Myanmar diperkirakan akan tumbuh cepat dalam jangka menengah," katanya.
Untuk mempertahankan pencapaian tersebut, Kensuke menambahkan negara berkembang Asia harus melakukan berbagai reformasi struktural agar mampu memanfaatkan arus modal masuk secara efektif dan mengantisipasi terjadinya pembalikan modal. "Selain itu, bagi negara ASEAN sangat penting untuk memastikan terjadinya integrasi dan kerja sama ekonomi antar kawasan yang telah direncanakan pada 2015, untuk memperkecil kesenjangan," jelasnya.
Kensuke juga mengharapkan negara berkembang Asia untuk mencari model perekonomian dan strategi pertumbuhan yang lebih efektif, agar kawasan ini menjadi lebih tangguh dan bersiap dalam menghadapi krisis serta menjadi negara maju. "Kebijakan kunci di kawasan yang dapat dilakukan adalah terkait pengembangan pendidikan untuk peningkatan sumber daya manusia, pengembangan sektor swasta kecil, strategi pertumbuhan hijau dan manajemen risiko bencana, pengembangan infrastruktur dan reformasi dalam sistem fiskal serta finansial," paparnya.