REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Yuan Cina didaulat menjadi mata uang kedua paling banyak dipakai untuk transaksi global. Perusahaan telekomunikasi interbank Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) mencatat penggunaan yuan di keuangan global mengalahkan mata uang negara Schengen, euro.
Pangsa para yuan mencapai 8,66 persen atas letters of credit dan koleksi mata uang pada Oktober 2013. Sedangkan kepemilikan euro hanya 6,64 persen.
Dalam pernyataan SWIFT yang dukutip dari laman Bloomberg, Rabu (4/12), negara terbesar Eropa, Jerman, menjadi salah satu pengguna yuan untuk transaksi global. Padahal negara Angela Merkel tersebut menggunakan euro pada transaksi sehari-hari. Selain Jerman, yuan juga banyak dipakai sebagai transaksi keuangan oleh Australia, Singapura, dan Hong Kong.
"Memang betul eksportir di luar negeri menggunakan renminbi sebagai mata uang kontrak untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing barang atau jasa yang dijual ke Cina," ujar Kepala Sociate Generale SA untuk perdagangan pasar Singapura dan Hong Kong, Cynthia Wong.
Cina sedang mencari peran yang lebih besar dalam perdagangan dan investasi global setelah pemerintah kehilangan kontrol atas kurs dan biaya pinjaman di negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Deputi Gubernur Bank Raykat Cina, Yi Gang, mengatakan, pemerintah tidak lagi memiliki kepentingan untuk meningkatkan cadangan devisa. Pasalnya cadev Cina telah mencapai rekor menjadi 3,66 triliun dolar AS pada akhir September.
Deposito yuan di Hong Kong naik menjadi 782 miliar yuan per Oktober 2011. Ini mencetak rekor tertinggi sejak April 2011. "Renminbi menjadi mata uang utama untuk perdagangan global, terutama di Asia," ujar Kepala SWIFT untuk Asia Pasifik, Franck de Praetere.
Yuan terapresiasi 2,3 persen sepanjang tahun ini. Ini merupakan kineraja terbeik di Asia. Yuan ditutup 6,091 per dolar AS.
Sekitar 59 persen dari penggunaan yuan sebagai transaksi dagang masih dilakukan di Cina. Kemudian disusul oleh Hong Kong sebesar 21 persen dan Singapura 12 persen.
Penggunaan yuan secara internasional meningkat ketika negara tersebut membuka kembali pasar modalnya. Selama sembilan bulan pertama, penggunaan yuan secara global meningkat 17 persen, dibandingkan dengan 2009 yang hanya satu persen, demikian laporan Deutsche Bank AG.
Cina dan Inggris akan mulai perdagangan langsung antara yuan dan poundsterling. Menteri Keuangan George Osborne mengatakan dalam perjanjian yang berlangsung 15 Oktober tersebut, Cina juga menyetujui kuota 80 miliar yuan untuk pembelian aset oleh investor di London. Perjanjian serupa juga dilakukan Singapura dan Cina satu pekan setelahnya.