Selasa 03 Dec 2013 12:21 WIB

Bank Dunia: Tahun Depan Tantangan Bagi Negara Berkembang

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Bank Dunia
Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menilai tahun depan akan menjadi tahun yang menantang bagi negara-negara berkembang. Pasalnya, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), the Federal Reserve, akan mengurangi stimulus moneter (tapering off). Hal tersebut akan berdampak pada negara-negara berkembang.

Direktur Pelaksana dan Kepala Bagian Keuangan Bank Dunia, Bertrand Badre, mengatakan saat ini dunia tengah menghadapi awal dari berakhirnya krisis. "Ke depannya negara berkembang akan kembali stabil dan menjadi pendorong perekonomian," ujar Badre yang ditemui usai bertemu dengan Menteri Keuangan Indonesia, Chatib Basri, di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (3/12).

Salah satu elemen penting yang akan dihadapi negara-negara berkembang adalah tapering off yang akan dilakukan oleh the Fed. Badre mengatakan tapering off akan menyebabkan volatilitas di pasar. Hal tersebut akan berdampak pada negara-negara berkembang yang selama 4-5 tahun ke belakang menikmati likuiditas dari quantitative easing.

Kendati negara-negara berkembang akan menghadapi tantangan dari AS, negara-negara berkembang akan mendapatkan juga keuntungan dari quantitative easing yang dilakukan oleh Jepang, serta dukungan dari Bank Sentral Eropa. Oleh karena itu, Bank Dunia mengatakan bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang menantang bagi negara-negara berkembang.

"Bank Dunia akan bekerja sama dengan negara-negara berkembang untuk menavigasi proses tersebut," ujar dia.

Badre mengatakan Bank Dunia akan memberikan dukungan finansial dan pendampingan. Bank Dunia juga memposisikan diri agar dapat memberikan lebih banyak dukungan. "Saya tak hanya ingin meningkatkan kapasitas finansial dr negara-negara berkembang, tetapi juga memberikan pendampingan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement