REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (3/12) pagi berada di posisi Rp 11.507 per dolar AS. Kemudian pada pukul 09.45 WIB, terpantau mata uang rupiah bergerak melemah 98 poin menjadi Rp 11.605 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah cenderung stabil setelah data indikator ekonomi domestik seperti inflasi dan neraca perdagangan Indonesia dinilai cukup positif oleh pelaku pasar uang," Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (3/12).
Menurut data Badan Pusat Statistik, terjadi inflasi pada November 2013 sebesar 0,12 persen. Tingkat inflasi periode Januari-November 2013 sebesar 7,79 persen dan tingkat inflasi year on year (November 2013 terhadap November 2012) sebesar 8,37 persen. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia Oktober 2013 mengalami surplus 42,4 juta dolar AS.
Meski demikian, lanjut Reza, sentimen itu diproyeksikan bersifat jangka pendek, pelaku pasar uang akan kembali menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) the Fed pada pekan depan. "Jika ekspektasinya positif maka rupiah akan terjaga di bawah level Rp 12 ribu per dolar AS," katanya.
Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan bahwa pergerakan nilai tukar masih akan dibayangi oleh sentimen pengurangan stimulus (tapering off) the Fed. "Sentimen ke depan akan kembali lagi ke eksternal yakni kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang merencanakan untuk memangkas stimulus keuangannya. Fluktuasi rupiah diperkirakan terus terjadi, hal itu dikarenakan belum adanya kepastian the Fed," katanya.