Jumat 29 Nov 2013 16:43 WIB

BI Imbau Eksportir Bawa Devisa Ekspor ke Indonesia

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Mobil Siap Ekspor
Mobil Siap Ekspor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meminta eksportir dan pelaku usaha untuk membawa devisa hasil ekspor (DHE) ke Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan dolar AS di pasar uang.

BI bahkan mengancam akan memberi sanksi kepada eksportir dan pelaku usaha yang bandel. "Nanti kalau BI memberikan sanksi, mohon jangan sampai mereka menjadi pelaku ekonomi yang tidak taat asas," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Gedung BI, Jumat (29/11).

Dalam undang-undang lalu lintas devisa, BI dengan jelas mengizinkan eksportir berusaha di Indonesia. Namun jika melakukan ekspor, dananya harus masuk ke Indonesia. Eksportir tidak memiliki kewajiban untuk mengkonversi dolar yang ia miliki ke dalam rupiah. Namun, dana itu harus masuk untuk menghormati Indonesia sebagai asal dana ekspor.

Agus menyayangkan belum banyak eksportir yang menaati aturan tersebut. Padahal BI sudah memberikan kemudahan bagi mereka dengan tidak mewajibkan menukar dolarnya. Eksportir pun tidak dipaksa untuk menahan dolarnya di Indonesia dan bisa digunakan kembali kapan saja.

Menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, BI mengaku melakukan intervensi. Agus mengatakan, intervensi dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah. "BI selalu menjaga stabilitas nilai tukar. Intervensi kami lakukan," kata mantan Menteri Keuangan ini.

Agus tidak menyebut berapa besar intervensi yang dilakukan. Namun biasanya, intervensi oleh BI akan menggerus cadangan devisa. Agus berjanji akan memublikasikan besaran cadangan devisa pada saatnya nanti. Nanti akan terlihat berapa besaran cadangan devisa yang tersisa.

Besaran ini akan mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini. "Misalnya cadangan devisa itu kurang lebih tidak ada perubahan. Itu menunjukkan bagaimana kuatnya ekonomi kita," kata Agus.

Meskipun rupiah melemah, Agus melihat pasar valuta asing (valas) di Indonesia masih lebih likuid bila dibandingkan dengan semester pertama 2013. Jika dilihat terbentuknya harga, kondisinya lebih baik. Kalaupun ada gejolak, Agus menilai gejolak tersebut masih dalam batas yang diyakini terjaga stabilitasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement