Selasa 26 Nov 2013 12:06 WIB

Ekonom: Indonesia Akan Hadapi Dua Krisis di 2014

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai tahun depan pemerintah akan menghadapi tantangan dalam menjalankan roda perekonomian. Tantangan tersebut berupa double crisis yakni tingginya defisit jasa dan defisit perdagangan.

Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai, saat ini Indonesia mengalami double crisis. Pertama, Indonesia mengalami defisit jasa yang terbilang tinggi. Kedua, untuk pertama kalinya Indonesia mengalami defisit perdagangan. Bahkan sekarang ini tengah terjadi defisit kontribusi politik.

"Presiden mendatang akan mengalami persoalan. Persoalan itu akan datang pada sisi APBN. APBN itu sebenarnya instrumen pemerintah. Tapi, sayangnya tidak berfungsi apa-apa, karena pengambilan keputusannya jelek," ujar Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini, dalam Seminar Nasional dengan tema 'Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014 Akankah Krisis Berlanjut', Selasa, (26/11).

Didik mengatakan persoalan tersebut seharusnya diselesaikan sejak awal untuk keberlangsungan ekonomi di masa mendatang. Ia menilai, ekonomi Indonesia hanya seolah-olah kuat di mata negara-negara tetangga di dunia karena defisit ganda masih bisa ditahan dengan derasnya modal portfolio yang besar. Hal itu sebenarnya sangat rapuh karena dana tersebut sangat mudah menjadi aliran uang panas yang keluar.

Aliran uang keluar menyebabkan sektor keuangan tidak stabil. "Begitu ada masalah dengan kebijakan pemerintah, maka masyarakat tidak percaya dan ekonomi keuangan akan mudah terguncang," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement