REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan heran melihat harga daging yang tak kunjung turun. Padahal pemerintah telah menghapus sistem kuota pada komoditas daging demi menurunkan harga di pasaran.
Menurut Mentan, di Australia sendiri harga daging sapi berada dalam kisaran Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram (kg). Sedangkan di Indonesia, harga daging masih diatas Rp 80 ribu per kg. "Artinya pelaku usaha yang memainkan harga," ujarnya kepada Republika di kantor Kementan, Senin (18/11).
Ia pun menyangsikan keefektifan sistem kuota yang diterapkan selama beberapa bulan terakhir. Apalagi dahulu menurut dia tingginya harga diduga akibat terhambatnya perizinan impor dari Kementan. Kini ketika Kementan hanya berperan untuk menyelesaikan teknis kesehatan hewan, nyatanya harga daging juga tak turun.
Idealnya, Indonesia membutuhkan minimal 20 hingga 25 juta ekor sapi setiap tahun. Angka ini bisa digenapi dari populasi domestik yang tersebar di seluruh Indonesia. Sayangnya, terdapat kendala terkait sistem pengangkutan sapi dari daerah sentra produksi ke konsumen yang sebagian besar di Jakarta. Untuk mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali misalnya, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Kalau ditunjang transportasi yang baik dari NTT dan NTB, ini bisa sangat membantu untuk supply di Jakarta. Kita perlu dukungan itu," katanya.
Bantuan ini serupa dengan yang dilakukan oleh misalnya oleh maskapai penerbangan di Thailand, dimana ada diskon khusus untuk pengangkutan produk pertanian. Suswono pun mengaku telah berunding mengenai kemungkinan ini dengan pihak Garuda. Lainnya, pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dikatakan sedang pula menyiapkan kapal pengangkut sapi yang layak. Ia berharap program ini bisa terealisasi mulai akhir tahun.
Tahun depan ia memperkirakan kebutuhan sapi akan naik sekitar 6 persen. Untuk melindungi peternak lokal, ia berpendapat volume sapi impor masih perlu dibatasi. "Idealnya volume itu ada pembatasan. Kalau memang sekarang seperti ini, hanya untuk menurunkan harga. Kalau harga sudah stabil, ya kembali lagi (sistem awal)," katanya.
Sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) mengatakan harga daging tetap tinggi karena pasokan masih kurang. Untuk itu impor yang sekarang dilakukan guna menyiapkan kebutuhan untuk dua-tiga tahun ke depan.
Kemendag menurut Bayu terus melakukan pendekatan kepada negara lain untuk mendatangkan daging ke Indonesia, antara lain dengan Cina, Filipina dan Vietnam. Tapi hal ini juga masih tersendat mengingat angka kebutuhan Indonesia belum dapat dipastikan dengan tepat. "Mereka menganggap Indonesia masih berubah-ubah, mereka mau (pasok daging), tetapi tidak secepat yang dibayangkan," katanya.