REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta masyarakat untuk tidak mempersulit kegiatan hulu migas.
Sebab, aktivitas unjuk rasa dari masyarakat agar daerahnya tidak dieksploitasi mengakibatkan investor hengkang dan berakhir pada hilangnya potensi penerimaan negara.
Kepala Hubungan Masyarakat SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, situasi tersebut menyebabkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hengkang. "Lempar handuk dan menanamkan modalnya ke negara lain," katanya pada workshop di Malang, Jumat (15/11).
Menurut Elan, hengkangnya investor tersebut mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan negara. Alhasil, negara pun merugi.
Dia mencontohkan, salah satu yang hengkang, di Jawa Timur, adalah Exxon. Karena didemo warga terus menerus akhirnya Exxon memutuskan hengkang dari wilayah kerja (WK)-nya di Gunting, Jawa Timur.
Menurut Elan, perusahaan nasional dan melalui dana APBN, Indonesia tidak mampu untuk melakukan eksplorasi sendiri. Alasannya, biaya yang dikeluarkan benar-benar besar. Sebab, harus mencari investor untuk melakukan eksplorasi di bumi pertiwi.
Dia mengatakan, masyarakat Jawa Timur masih trauma terhadap kejadian lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Akibatnya, menjadi antipati pada kegiatan eksploitasi migas.
Elan melukiskan, kecelakaan operasi itu seperti kecelakaan pesawat. Pesawat begitu banyak namun yang kecelakaan hanya sedikit. Contohnya, pesawat Sukhoi yang menabrak gunung Salak.