Jumat 08 Nov 2013 07:58 WIB

Perilaku Syariah Lebih Maju Dibanding Perbankan Syariah

Rep: Heri Purwata/ Red: Djibril Muhammad
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perbankan Syariah dinilai sulit bisa memenangkan persaingan dengan perbankan konvensional. Namun perilaku syariah nonperbankan sudah mendarah daging pada masyarakat Indonesia.

Pakar ekonomi syariah UII, Prionggo Suseno mengemukakan hal itu di sela-sela Diskusi Ekonomi Syariah kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (7/11).

Diskusi bertajuk Gerakan Ekonomi Syariah (Gres) ini digelar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan Bank Indonesia.

"Tujuan diskusi ini untuk mengkampanye gerakan ekonomi syariah (Gres) kepada masyarakat. Sehingga pertumbuhan perbankan syariah bisa lebih dari 5 persen," kata Prionggo yang juga Ketua II MES DIY.

Lebih lanjut Prionggo mengatakan Gres ini sebetulnya akan dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), 5 November 2013. Namun karena kesibukan SBYN sehingga peresmian dijadwalkan pertengahan November 2013 ini.

Ekonomi syariah, kata Prionggo, tidak bisa diartikan perbankan syariah. Tetapi ekonomi syariah merupakan perilaku masyarakat dalam menjalankan usahanya secara syariah.

"Kalau ekonomi syariah diartikan perbankan syariah, saya tidak optimis bisa melampaui perbankan kovensional. Namun kalau ekonomi syariah diartikan ekonomi Indonesia yang berkeadilan, saya optimis bisa lebih dari 5 persen," katanya.

Di Yogyakarta, ia mengatakan, sudah banyak ekonomi syariah dipraktekan pada Rumah Makan Padang, Pedagang Sate Madura, pertanian dan lain-lain. Data-data syariah di sektor ini tidak tampak di layar monitor Bank Indonesia.

Prionggo mengatakan data-data syariah ini memang tidak perlu diekspose di Bank Indonesia. Sebab ia kuatir jika data ini ada di Bank Indonesia justru yang mengambil untuk perbankan asing. "Mengeksposenya, nanti kalau ekonomi syariah kita sudah kuat," harapnya.

Saat ini, kata Prionggo, Perkumpulan Baitul Wat Tamwil Indonesia (PBMTI) sedang menyusun kekuatan untuk memperkuat perbankan syariah di Indonesia. Bahkan perkumpulan ini telah memiliki modal ventura lebih dari Rp 1 triliun.

"Pelakunya sebagian besar dari Jawa Tengah dan DIY. Harapannya, nanti bisa bermain di tingkat global. Summit-nya sudah dilakukan di Singapura dan tahun lalu di Malaysia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement