Rabu 06 Nov 2013 16:19 WIB

Pertamina EP Tingkatkan Produksi Lapangan Subang

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Pertamina EP
Pertamina EP

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG – Anak perusahaan Pertamina, Pertamina EP Asset 3 Subang Field meningkatkan produksinya dengan menyelesaikan program Put on Production (POP) sumur BBS-02 pada Jumat (1/11) lalu. BBS-02 ini merupakan sumur eksplorasi yang berhasil diselesaikan pada November 2012.

 

Subang Field Manager, Defrian Basya, mengatakan, sumur BBS-02  memproduksi minyak sebesar 559 BOPD, lebih tinggi dari target awal sebesar 300 BOPD dengan jepitan 7 mm. Defrian menerangkan, Subang Field  hingga November 2013 telah  memproduksikan minyak sebesar 1409.9 BOPD. ‘’Atau 105.6 % dari target sebesar 1335.3 BOPD,’’ kata dia pada rilis kepada ROL, Rabu (6/11).

 

Sebelumnya, PT Pertamina EP berhasil mengatasi semburan liar di Tarakan. Meski semburan sudah teratasi, anak perusahaan Pertamina itu belum memutuskan akan mematikan atau hanya menutup sementara sumur bermasalah, JTA 122 di Kelurahan Juata Krikil, Kecamatan Tarakan Utara, Kalimantan Timur.  Pasalnya, apabila dimatikan PEP akan keluar modal cukup besar apabila ingin mengoperasikan kembali sumur tersebut.

 

Manajer Humas PEP Agus Amperianto mengungkapkan, kini semburan air bercampur minyak dan gas telah berhasil diatasi. ‘’Bisa diatasi dalam waktu kurang dari 48 jam dari semburan awal,’’ kata dia.

 

Semburan terjadi pada Rabu (30/10) pekan lalu. Karena sumur jauh dari permukiman, semburan tidak membahayakan penduduk. PEP segera memasang garis aman agar tidak ada warga yang beraktivitas di dekat lokasi. Tidak ada korban jiwa pada insiden itu. Semburan campuran air, gas, dan lumpur setinggi 10 meter diperkirakan terjadi karena kondisi tanah yang abnormal. Diperkirakan tenaga semburan lebih dari 500 psi.

 

Menurut Agus, pihaknya mengambil opsi memasang katup besar (master valve) untuk mengendalikan pusat semburan. Selain itu ada opsi mengguyurkan lumpur berat agar semburan mati. Dia menerangkan, apabila ditutup dengan lumpur berat berdampak buruk saat sumur tersebut ingin dioperasikan kembali. Pasalnya, akan keluar biaya besar untuk mengebor lagi.

 

Agus mengklaim tidak ada kerugian material di sana. Alasannya, sumur tersebut adalah sumur tua dan tidak memengaruhi produksi migas nasional. Dia menilai kondisi semburan itu lebih baik daripada yang terjadi di Talang Jimar, Kelurahan Sukaraja, Prabumulih Selatan, Sumatra Selatan. Pada insiden di sana, pihaknya harus keluar dana besar akibat kerugian dan membayar kompensasi kepada warga. Pasalnya, pusat semburan cukup dekat dengan permukiman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement