Senin 28 Oct 2013 15:03 WIB

Pemerintah Bentuk Tim Pembangunan Kilang Minyak

Sebuah kilang minyak lepas pantai di Selat Malaka di Provinsi Riau.
Foto: Antara/FB Anggoro
Sebuah kilang minyak lepas pantai di Selat Malaka di Provinsi Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah membentuk tim percepatan pembangunan kilang pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar minyak yang beranggotakan lintas kementerian. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, tim yang diketuai Kementerian ESDM akan memberikan rekomendasi pembangunan kilang. "Kami ingin pembangunan kilang segera beroperasi," ucapnya di Jakarta, Senin (28/10).

Selain Kementerian ESDM, tim kilang beranggotakan Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, Kementerian PPN/Bappenas, dan PT Pertamina (Persero). Susilo membantah, pembentukan tim dikarenakan kurangnya koordinasi kementerian di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian. "Tim ini bekerja lebih teknis, sehingga bisa memberikan rekomendasi secara menyeluruh," ujarnya.

Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, rencana tender internasional pembangunan kilang masih berjalan. "Tender ini akan melihat kondisi fiskal dulu," katanya.

Sebelumnya, pada pekan lalu, Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, rencana pembangunan kilang minyak masih berjalan. Menurut dia, pemerintah belum menyetujui insentif fiskal berupa pembebasan pajak penghasilan (tax holiday) yang diminta investor Kuwait.

Pemerintah merencanakan pembangunan setidaknya tiga kilang minyak yang masing-masing berkapasitas 300 ribu barel per hari. Kilang pertama akan dibiayai APBN. Proyek direncanakan mendapat pasokan minyak mentah dari Irak.

Lokasi proyek antara lain di Arun (Aceh), Bontang (Kaltim), dan Plaju (Sumsel). Kilang kedua akan memakai skema tender internasional. Terakhir, proyek kilang yang merupakan kerja sama Pertamina dan mitra. Pertamina sudah menjalin kerja sama pembangunan kilang dengan Kuwait Petroleum Corporation (KPC) dan Saudi  Aramco. Kerja sama Pertamina dan KPC sudah menyelesaikan studi kelayakan.

Namun, pemerintah menolak besaran fiskal terutama pembebasan pajak penghasilan (tax holiday) yang diminta KPC. Sementara, studi kelayakan Pertamina dan Aramco masih berjalan.

Pembangunan kilang mendesak dilakukan menyusul kebutuhan impor BBM yang terus meningkat. Saat ini, kebutuhan BBM mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari, sementara produksi hanya 700 ribu barel per hari.

Indonesia terakhir mengoperasikan Kilang Balongan, Indramayu, Jabar pada tahun 90-an. Secara total, Indonesia memiliki enam kilang yang dioperasikan Pertamina dengan kapasitas disain 1,031 juta barel minyak mentah per hari.

Keenam kilang tersebut adalah Dumai (Riau) berkapasitas 170 ribu barel per hari, Plaju (Sumsel) 118 ribu barel, Cilacap (Jateng) 348 ribu barel, Balikpapan (Kaltim) 260 ribu barel, Balongan (Jabar) 125 ribu barel, dan Kasim (Papua Barat) 10 ribu barel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement