REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani pesimistis produksi beras di negara ini bisa bertambah. Berbagai persoalan yang merintangi sektor pertanian dikatakan mendorong produksi beras ke arah stagnan. Mulai dari fasilitas pertanian seperti irigasi, kredit rendah, anomali iklim, hingga subsidi pupuk yang semakin hari terus berkurang dan penyaluran benih yang amburadul.
Salah satu contoh persoalan yang tak kunjung dibenahi yaitu perbaikan saluran irigasi. Sebanyak 52 persen saluran irigasi di berbagai daerah sudah rusak bahkan beberapa diantaranya tidak bisa dipakai. Setidaknya dibutuhkan anggaran Rp 21 triliun untuk perbaikan irigasi tersebut.
"Petani tidak punya daya upaya untuk membenahi hal ini, pemerintah seharusnya bisa lebih berperan membangun sektor pertanian. Kenyataannya, sektor pertanian dikasih modal kecil sekali, hanya 1,5 persen dari seluruh kredit di nasional, " ujar Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, Kamis (24/10).
Tahun depan puncak musim penghujan diperkirakan berbarengan dengan musim kemarau. Di lapangan, petani hanya bisa melakukan persiapan minim yaitu menanam padi sesuai jadwal tanam. Pemerintah bisa membantu mempersiapkan cadangan beras dengan membeli beras petani.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengimbau petani agar tidak menunda masa tanam. Hal ini agar panen bisa berhenti di bulan Maret sebelum puncak musim penghujan tiba. "Kalau hujan datang, nanti repot. Jangan ditunda-tunda," katanya kepada ROL.
Apabila sudah ada tanda musim hujan, petani sebaiknya langsung menggarap lahan. Pemerintah juga akan memastikan Perum Bulog mempunyai cadangan beras yang cukup untuk tahun depan. Sejauh ini cadangan beras Bulog dikatakan masih melebihi 2 juta ton.
Direktur Perum Bulog, Sutarto Alimoeso mengakui terdapat beberapa kendala pengadaan beras dalam negri, baik eksternal maupun internal. Kendala karena faktor eksternal yaitu terbatasnya sumber daya pangan, produksi pangan yang bergantung pada petani kecil dan terbatasnya akses terhadap lahan, modal, bibit, benih dan teknologi. Lalu terdapat kendala dimana ada variasi penggilingan yang membuat kualitas beras paska panen tidak seragam. "Ada pula kendala urbanisasi dan penuaan usia SDM yang bekerja di pertanian pangan," ujarnya.
Sedangkan faktor internal, pengadaan dalam negeri terkendala minimnya gudang dan penanganan paska panen. Bulog menilai diperlukan penambahan gudang cadangan pangan terutama di daerah produsen baru yang sedang berkembang, contohnya di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara terutama Gorontalo, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Sumbawa.
Sejauh ini Bulog tengah melakukan serangkaian upaya untuk penyediaan gabah atu beras Bulog tahun depan. Pertaa yaitu melakukan koordinasi dengan instansi atau lembaga yang terkait dengan upaya peningkatan produksi beras. Cara ini untuk mendorong petani dan Kelompok Tani meningkatkan produksi dan menjual gabahnya kepada Bulog. Selain itu Bulog juga masih mengembangkan jaringan kerjasama Jaringan Semut, pemberian insentif dan mengembangkan pembinaan kepada kelompok-kelompok tani.