REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengharapkan penghentian sementara kegiatan pemerintahan (government shutdown) di Amerika Serikat (AS) tidak berlangsung lama. Pasalnya jika dibiarkan berlarut-larut hal ini akan berdampak pada ekonomi dunia.
"Dampaknya dimulai dari ekonomi AS sendiri kemudian ke negara terkait seperti Jepang dan Cina. Terus dampaknya akan sampai ke Indonesia," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Gedung Mahkamah Agung, Kamis (3/10).
Dampak yang paling terasa bagi Indonesia apabila penutupan sementara pemerintahan ini terjadi adalah di jalur perdagangan dan investasi. Oleh karena itu BI mengharapakan AS dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Ditambah AS merupakan negara besar yang diyakini mampu menyelesaikan persoalan internal dengan baik.
Agus menambahkan, penyelesaian yang diharapkan tidak hanya kesepakatan anggaran, tetapi juga terkait dengan healing ponjaman. "Karena ini merupakan satu kesatuan," ujar Agus.
Persoalan AS ini tentu saja akan menggoyang ekonomi negara yang saat ini tengah membaik tersebut. Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengungkapkan, sisi positif masalah ini adalah perlambatan perbaikan ekonomi AS yang berujung pada penundaan kembali tapering oleh bank sentral AS. Hanya shutdown pemerintahan AS secara jangka pendek memberikan sentimen negatif terhadap pasar.
"Tapi kita kan tidak ingin likuiditas sementara seperti itu terus," kata Destri saat ditemui di lokasi yang sama. Pemerintah diharapkan tetap waspada dengan persoalan eksternal, namun tetap fokus pada perbaikan internal. Perbaikan yang harus segera dilakukan adalah mengurangi defisit neraca berjalan, pendalaman pasar, dan memperhatikan pasar domestik.