Rabu 02 Oct 2013 21:29 WIB

Kadin Genjot Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Iran

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN) Suryo Bambang Sulisto
Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN) Suryo Bambang Sulisto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai kerja sama ekonomi, terutama untuk sektor perdagangan dan investasi dengan Iran sangat berpotensi untuk ditingkatkan.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, memandang Iran sebagai sebuah contoh negara yang mandiri di tengah pemberlakuan sanksi ekonomi. “Iran selama ini kurang mendapat perhatian dari kita, juga dunia internasional. Meski demikian, berdasarkan kunjungan kita ke sana potensi kerja sama dengan Iran begitu besar,” katanya di sela-sela Pengukuhan Pengurus Kadin Indonesia Komite Iran 2013-2015 di Jakarta, Rabu (2/10).

Saat ini pihaknya tengah menjajaki kerjasama diantara pihak swasta ke dua negara, terutama di sektor minyak dan gas, perdagangan, investasi. Kemudian perbankan, pariwisata hingga agribisnis dan makanan.  “Kita sudah menghasilkan sekitar 17 nota kesepahaman (MoU) antara pengusaha nasional dan Iran. Semangat untuk membangun hubungan antara Iran dan Indonesia begitu baik,” ujarnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Ketua Kadin Indonesia Komite Iran, Fadel Muhammad, mengatakan dari salah satu 17 MoU itu yang sudah berjalan adalah pembangunan proyek pembangkit listrik. Dia menegaskan, Iran bisa mandiri dengan pembangkit yang dibuat sendiri di dalam negerinya, begitu pun halnya makanan. “Indonesia bisa belajar banyak dari Iran,” tuturnya.

Di satu sisi, pihaknya juga sangat haus berinvestasi di Indonesia terutama dalam membangun kilang minyak (refinery). Sejauh ini, trend perdagangan Indonesia menurun dari 1,8 miliar dolar AS menjadi 1,4 miliar dolar AS. Dikatakan Fadel, hal itu merupakan efek dari sanksi ekonomi terhadap Iran. Padahal sebenarnya tidak ada larangan bagi kita untuk melakukan kerja sama dengan Iran. “Kami juga sudah berkonsultasi dengan kedua pihak kedutaan,” ucapnya.

Pihaknya menyayangkan, selama ini perdagangan dengan Iran harus melalui tangan ketiga. Dia berharap, ke depan neraca pembayaran bisa jauh meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain transfer teknologi baik di sektor migas maupun pertanian, kata Fadel, Iran tengah merancang sistem pembayaran perdagangan yang sesuai untuk diterapkan dengan melibatkan Bank Indonesia dan Eximbank.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement