Rabu 02 Oct 2013 14:24 WIB

Harga Minyak Dunia Turun Terimbas 'Shutdown' AS

Harga Minyak Mentah
Foto: Antara
Harga Minyak Mentah

REPUBLIKA.CO.ID,  SINGAPURA -- Harga minyak kembali turun di perdagangan Asia Rabu (2/10), karena investor dibebani konsekuensi ekonomi dari krisis anggaran yang dapat menutup sebagian dari layanan publik pemerintah AS. Kontrak utama New York , West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 52 sen menjadi 101,52 dolar AS dalam pertengahan perdagangan pagi, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November merosot 35 sen ke posisi 107,59 dolar AS.

Sementara ke dua jenis minyak tersebut, WTI dan Brent telah jatuh lebih dari satu dolar dari tingkat penutupan pada hari Jumat (27/9) lalu karena penutupan kegiatan (shutdown) parsial pemerintah AS, meski hal itu tidak akan secara serius merugikan perekonomian.

Penurunan harga pada Selasa (1/10) mengikuti kemunduran serupa pada Senin (30/9) ketika banyak instansi pemerintah berprospek menutup kegiatannya, karena pertempuran politik atas anggaran meningkatkan kekhawatiran tentang dampak dari 800 ribu staf federal yang dirumahkan tanpa digaji, terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu dampaknya, akan lebih sedikit energi yang digunakan untuk angkutan komuter. "Pengaruh langsung akan terjadi pada permintaan bensin," kata Andy Lebow, wakil presiden senior untuk derivatif energi pada Jefferies Bache.

"Anda akan kehilangan sedikit permintaan. Anda tidak tahu untuk berapa lama," tambah Bache.

Dampak ekonomi dari shutdown federal tersebut, menurut Capital Economics, tergantung pada berapa lama hal itu berlarut-larut dan khususnya apakah pedebatan sengit di Kongres akan menghasilkan negosiasi untuk menaikkan plafon utang. Dengan kondisi dimana pemerintah AS kehabisan uang tunai pada 17 Oktober anggota parlemen harus setuju untuk menaikkan batas pinjaman. Karena, jika tidak maka tidak akan dapat layanan utang dan pada gilirannya mengalami default menyakitkan, yang kemungkinan akan dapat memainkan pasar global.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement