REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana keberadaan mobil murah ramah lingkungan (Low Cost and Green Car/LCGC) diharapkan tidak hanya terfokus di DKI Jakarta. Pasalnya jika hanya terpusat di Jakarya maka akan memperparah kemacetan di Jakarta.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Eddy Kuntadi mengatakan sektor industri memang harus berkembang, namun dia pun tak menampik bahwa mobil murah dapat menambah kemacetan. Sekarang, kata Eddy, tinggal bagaimana mencari cara agar industri dapat berkembang sehingga dapat meningkatkan daya saing, namun tetap memerhatikan kenyamanan lalu lintas. "Perlu cara agar produk ini bisa diekspor dan tidak hanya sebatas untuk kepentingan lokal," ujarnnya kepada ROL, Kamis (26/9).
Menurutnya mobil murah merupakan inovasi dari sektor industri otomatif. Namun para pelaku industri diimbau melihat kepentingan yang lebih besar, yakni akibat kemacetan yang ditimbulkan pengadaan mobil tersebut. "Berapa banyak kerugian yang diderita. Belum lagi kerugian yang tidak kita rasakan hari ini, tapi akan terasa di tahun-tahun ke depan.
Ini yang harus kita hindari," kata dia.
Kerugian tersebut misalnya berupa polusi udara. Pasalnya sekitar 80 persen polusi udara di Jakarta diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Meski begitu, pertumbuhan industri tidak dapat ditutup karena dapat mengembangkan daya saing pengusaha, khususnya menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Kita tidak bisa menutup industri, tapi harus ada ketentuan bahwa ini (mobil murah) tidak hanya terpusat di Jakarta," kata dia.
Peran Kadin sendiri turut membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengurangi kemacetan, diantaranya melalui pengadaan Mass Rapid Transit (MRT). Eddy mengatakan peran Kadin terkait MRT ada dua, yakni ikut terlibat dalam kesuksesan MRT dan ikut mensosialisasikan ke masyarakat agar mengurangi penggunaan kendaraan pribadi saat MRT sudah berjalan.