Selasa 24 Sep 2013 16:01 WIB

Merger Sucofindo-Surveyor Tunggu Peraturan Presiden

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Sucofindo
Sucofindo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sucofindo (Persero) mengharapkan penggabungan dengan PT Surveyor Indonesia (Persero) rampung sebelum 2014. Penggabungan kedua perusahaan milik negara ini bertujuan untuk menghadapi pasar bebas Asean pada 2015. "Agar kita mampu mempersiapkan diri bersaing dengan perusahaan surveyor lain jelang 2015," ujar Direktur Utama Sucofindo Fahmi Sadiq dalam pertemuannya dengan wartawan di Jakarta, Selasa (24/9).

Saat ini penggabungan kedua perusahaan tengah menunggu hasil kajian dari Kementerian Keuangan sebelum disahkan presiden melalui Peraturan Presiden (PP). Di akhir tahun diharapkan presiden memberikan lampu hijau sehingga perseroan dapat bekerja secara optimal.

Persiapan telah rampung 90 persen. Dari yang telah disiapkan tersebut, perseroan mulai merasakan hasilnya. Hingga Agustus 2013 penjualan Sucofindo menembus Rp 1 triliun. Sementara laba setelah pajak tumbuh sampai 100 persen. "Di akhir tahun kami yakin konsolidasi terealisasi. Hampir pasti kinerja keuangan Sucofindo akan melewati rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP)," kata Fahmi.

Pada saat bersamaan, Direktur Komersial III Sucofindo Sufrin Hannan mengungkapkan saat ini kedua perusahaan masih berbentuk dua entitas. Bergabungnya Surveyor Indonesia akan meningkatkan aset dan laba perseroan. Laba Sucofindo hingga Agustus 2013 mencapai Rp 50 miliar. Target akhir tahun sebesar Rp 150 miliar. "Jika tahun depan Surveyor bergabung, laba perseroan bisa di atas Rp 250 miliar," kata Sufrin.

Laba ini diperoleh dari hasil penjualan Sucofindo yang cukup memuaskan, yaitu di atas Rp 1 triliun. Sekitar 30 persen disumbang oleh jasa pemeriksaan di bidang mineral, batubara dan gas. Sisanya berasal dari pemeriksaan industri, sertifikasi, laboratorium, dan lain-lain.

Sufrin yang membawahi pemeriksaan sektor mineral, batubara, dan migas mengungkapkan jatuhnya harga komoditas cukup memberikan pengaruh pada perusahaan. Banyak perusahaan kecil yang menjadi pelanggan Sucofindo menghentikan produksi, yang dampaknya pada tidak dipakainya jasa Sucofindo. "Tapi untuk perusahaan tambang besar seperti Adaro Energy dan Berau Coal, kontrak masih tetap berjalan," kata Sufrin.

Penjualan dari sektor mineral, batu bara, dan gas hingga Agustus sebesar Rp 400 miliar. Perseroan menargetkan dari sektor ini dapat diperoleh dana sebesar Rp 650 miliar. Sufrin optimistis target tercapai meskipun komoditas masih lemah di pasar. Faktor pendorong yang membuat perseroan optimistis adalah sistem kontrak berjangka yang dijalankan perusahaan dengan pengguna jasanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement