REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar kosmetik dinilai menjadi salah satu pasar yang menjanjikan keuntungan ekonomi bagi para pelaku usaha. Pasalnya, di tengah meningkatnya harga kosmetik, konsumsi masyarakat terhadap kosmetik pada semester I 2013 justru meningkat dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun sebelumnya.
Konsumsi kosmetik di wilayah urban (perkotaan) tumbuh 9,4 persen dari Rp 554 miliar menjadi Rp 606 miliar. Sementara itu, konsumsi di wilayah rural (pedesaan) meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan yaitu 27,5 persen dari Rp 64 miliar menjadi Rp 82 miliar.
Nielsen mensurvei konsumen di perkotaan Indonesia dan pedesaan di pulau Jawa dengan periode waktu perbandingan semester satu 2012 dan semester satu 2013. Menurut survei Nielsen, bedak wajah merupakan pendorong peningkatan konsumsi kosmetik. Di wilayah perkotaan Indonesia, peningkatan konsumsi bedak wajah terjadi sebesar 15 persen sedangkan untuk wilayah pedesaan Jawa peningkatan terjadi sebesar 23 persen.
Untuk konsumsi alas bedak dan kosmetik dekoratif, terjadi peningkatan yang signifikan pada wilayah pedesaan pulau Jawa tinggi yaitu masing-masing sebesar 43 persen. "Temuan ini cukup mengejutkan karena ternyata konsumsi kosmetik di pedesaan di pulau Jawa melebihi konsumsi kosmetik di perkotaan Indonesia," ujar Direktur Home Panel Services, Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, Selasa (24/9). Dari survei tersebut terungkap potensi luar biasa di daerah pedesaan di pulau Jawa dan produsen memiliki peluang yang besar untuk memaksimalkannya.
Kenaikan konsumsi kosmetik tidak terlepas dari keinginan konsumen untuk mencoba satu atau lebih merek yang berbeda. Menurut data Nielsen, terjadi perubahan presentase pembeli kosmetik untuk satu merek untuk wilayah perkotaan. Presentase konsumen kosmetik yang hanya membeli kosmetik dengan satu merek saja menurun pada semseter ini. Yang semula 49,2 persen menjadi 45,4 persen. Namun ternyata ada peningkatan presentase pembeli konsumen yang memilih lebih dari dua merek yang awalnya 27,1 persen menjadi 30,2 persen. Presentase konsumen yang membeli lebih dari tiga merek pun meningkat dari 12,4 persen menjadi 15,9 persen.
Yang perlu dicermati, kata Hellen, adalah kenaikan tersebut justru terjadi di saat harga kosmetik juga meningkat dibandingkan semester sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat perkotaan lebih sophisticated terhadap kebutuhan berkosmetik dewasa ini.
Hal tersebut tidak terjadi pada konsumen di pedesaan pulau Jawa. Hellen mengatakan di tengah kenaikan harga kosmetik, presentase konsumen yang semula kerap membeli tiga merek kosmetik justru berkurang sementara presentase konsumen yang mengkonsumsi dua merek meningkat. Di sisi lain, presentase konsumen yang membeli hanya satu merek kosmetik juga memperlihatkan penurunan yaitu dari 56,8 persen orang menjadi 55,2 persen. "Ini berarti bahwa pedesaan cenderung lebih selektif dalam memilih kosmetik di tengah naiknya harga kosemetik," ucapnya
Pasar kosmetik dekoratif masih dikuasai oleh dekoratif untuk bibir dengan nilai kontribusi sebesar 64 persen di wilayah perkotaan dan 75 persen di wilayah pedesaan. Kemudian diikuti oleh dekoratif untuk mata yaitu sebesar 21 persen di perkotaan dan 16 persen di pedesaan. Di sisi lain, dekoratif lainnya walaupun hanya berkontribusi 3 persen untuk perkotaan dan 8 persen untuk pedesaan, tetapi kategori dekoratif lainnya menunjukkan pertumbuhan yang sangat fantastis. Dekoratif lainnya di wilayah perkotaan naik sebesar 183 persen dan 110 persen di wilayah pedesaan. "Bisa diartikan bahwa masyarakat sudah lebih variatif dalam kebutuhannya berkosmetik dan mulai memikirkan alternatif-alternatif lain sebagai pilihan kosmetiknya," kata Hellen.