REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha sekaligus mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Natsir Mansyur mempertanyakan siapa pengganti Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan jika yang bersangkutan benar-benar mundur dari jabatannya. Dia menilai Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus dipimpin oleh sosok yang bisa fokus, terutama mengurusi masalah perdagangan yang saat ini dialami oleh Indonesia.
Natsir menuturkan, berdasarkan pengalamannya sebagai pengusaha yang banyak berhubungan dengan pemerintah, Kemendag memiliki peran strategis terhadap perekonomian Indonesia. “Jadi menterinya perlu fokus mengatasi persoalan dua tahun transaksi perdagangan Indonesia yang defisit,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ROL di Jakarta, Jumat (20/9).
Untuk itu, sambung Natsir, masih ada waktu bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengatasi persoalan yang seyogyanya dikerjakan oleh Menteri Perdagangan, apabila Gita Wirjawan resmi mundur sebagai Mendag. Mengenai pengganti Gita, dia menilai masih banyak sosok yang memahami masalah perdagangan. Memiliki jam terbang tinggi dan pengalaman untuk mengangkat kinerja Kemendag Indonesia. “Contohnya seperti Marie Elka Pangestu. Bila perlu dikembalikan ke Kemendag,” tuturnya.
Dia memberi masukan, masih banyak nama-nama yang layak untuk posisi Mendag, antara lain pengusaha Chairul Tanjung, Benny Soetrisno, Airlangga Hartarto, Chris Kanter. Kemudian pakar ekonomi yang dekat dengan dunia usaha seperti Aviliani, Didik Rachbini, Henri Saparini, staf ahli wapres Mohamad Ikhsan, dan staf ahli Presiden dari Universitas Indonesia (UI) Firmansyah.
“Saya kira masih banyak stok calon Mendag yang memahami masalah perdagangan, karena ini hak prerogratif presiden. Kita serahkan saja ke presiden yang lebih tahu siapa yang tepat,” ucapnya.
Natsir menilai Mendag yang baru nantinya harus mengatasi masalah impor produk industri dan pangan, menjaga pasar dalam negeri, mengurusi antrean perjanjian perdagangan bebas yang harus diselesaikan yang menguntungkan atau tidak, mencari solusi defisit transaksi dagang dengan Cina, perjanjian kemitraan ekonomi Jepang-Indonesia (JIEPA). “Mendag juga harus menjaga pasar ekspor produk Indonesia yang sudah jalan, dan membuka pasar baru, sampai mendorong ekspor produk industri dan produk agribisnis,” ucapnya.
Artinya, lanjut Natsir, masih banyak pekerjaan Kemendag yang perlu lebih fokus ditangani oleh Menterinya. Dia juga menilai, langkah Dino Pati Jalal, mundur sebagai duta besar untuk masuk ke politik dipandang sebagai ksatria generasi muda. “Lalu apa Gita Wirjawan sebagai generasi muda mau jadi ksatria juga, iya kita lihat aja nanti,” kata dia.