REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT – Setelah menghilang tiga hari, tahu dan tempe muncul kembali di pasaran dengan harga yang melambung tinggi. Kenaikan tahu dan tempe mencapai 25 persen.
Salah satu penjual tahu dan tempe di Pasar Ciputat Tangerang Selatan, Rasdi (41 tahun) mengatakan, kenaikan dikarenakan karena harga kedelai yang masih mahal. Meski sudah melakukan protes dengan mogok produksi selama tiga hari terhadap pemerintah, harga kedelai masih mencapai 9.500 rupiah per kilo. Akibatnya tidak ada pilihan lain bagi produsen kecuali menaikkan harga tahu maupun tempe.
Rasdi menjelaskan, mulai hari Kamis (12/9) ia sudah menjual tempe dengan harga 5.000 rupiah per potong. Sebelum melakukan aksi mogok berjualan selama tiga hari, ia menjual tempenya ‘hanya’ 4.000 rupiah dengan ukuran yang sama.
Pria asal Pekalongan ini menambahkan ia mau tak mau mengikuti harga dari pengirim (produsen). Jika harga dari produsen naik, Rasdi juga otomatis menaikkan barang dagangannya. “Kasihan pembelinya kalau begini,” katanya saat berbincang dengan Republika Sabtu (14/9).
Untuk tahu, semua jenisnya mengalami kenaikan harga. Rasdi mengungkapkan, tahu cina yang sebelumnya ia jual dengan harga 3.000 kini menjadi 3.500 rupiah per potongnya. Sedangkan tahu goreng, awalnya 3.000 menjadi 3.500 juga per sepuluh biji. Begitu juga tahu pong.
Salah satu pembeli bernama Intan mengatakan kenaikkan harga tahu dan tempe membuat pengeluaran rumah tangganya semakin membengkak.
Setiap hari ia selalu membeli tahu atau tempe. Dengan naiknya harga, ia mengaku mengurangi jatah pembeliannya. “Pokoknya beli sepuluh ribu ini, entah dapatnya berapa,” ujarnya. Ia berharap pemerintah mampu mengendalikan harga kedelai yang menjadi bahan baku tahu dan tempe agar segera turun.