Rabu 04 Sep 2013 00:33 WIB

Selandia Baru Lirik Perdagangan Jabar

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Energi panas bumi. Ilustrasi.
Foto: greenfieldenergyco.com
Energi panas bumi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selandia Baru berminat di sektor energi panas bumi, teknologi penerbangan, sektor bahan pangan, daging sapi hingga buah kiwi ke Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington, Selandia Baru PLE Priatna mengatakan, KBRI Wellington bekerja sama dengan New Zealand Trade and Investment (NZTE) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat telah menyelenggarakan Forum Dialog Ekonomi dan Investasi 2013 di Kota Wellington, Selasa (3/9).

Menurutnya, Forum dialog ekonomi, perdagangan dan investasi RI-Selandia Baru ini adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan kontak bisnis secara konkret. Selandia Baru tidak saja berminat di sektor energi panas bumi dan teknologi penerbangan, tapi juga di sektor bahan pangan, daging sapi hingga buah.

“Para pebisnis di Wellington ini tampaknya tertarik dengan potensi Jawa Barat. Dialog sehari ini mudah-mudah segera ditindaklanjuti secara konkrit oleh para pengusaha setempat,” ujarnya seperti dalam keterangan tertulis, Selasa.

Menurut catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia, total perdagangan Selandia Baru dan Indonesia pada 2011 mencapai hingga 1,1 miliar dolar AS. Kemudian ekspor Indonesia ke Selandia Baru pada 2012 sebesar 0,4 miliar dolar AS atau turun sekitar 3, 46 persen dibandingkan periode sebelumnya. Sedangkan impor Selandia Baru ke Indonesia pada tahun yang sama mencapai sekitar 0,7 miliar dolar AS atau naik sekitar 2,43 persen.

“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi pasar strategis bagi produk Selandia Baru, sehingga upaya untuk mendorong investasi Selandia Baru ke Indonesia menjadi semakin penting,” tuturnya.

Selandia Baru memiliki total perdagangan daging sebesar 1,5 miliar dolar Selandia Baru dengan pasar utama Amerika Serikat (25 persen), Tiongkok (18 persen), Inggris (12 persen), Jepang (7 persen), Jerman (6 persen), Hongkong (3 persen), dan Indonesia (2 persen) atau sebesar 47.000 ton per tahun pada 2010.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement