REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertanian Suswono berharap ada insentif harga untuk memicu petani meningkatkan produksi. Konsumen, menurut dia, harus juga mau mengerti bahwa petani perlu diberi harga yang bagus agar giat bertanam. "Faktanya, banyak peternak merasa senang dengan harga saat ini karena dia merasa dihargai hasil kerja kerasnya," ujarnya usai Seminar dan Launching Strategi Induk Pembangunan Pertanian, Selasa (3/9).
Status gurem masih melekat pada petani dan peternak di Indonesia. Alhasil, petani Indonesia akan sulit jika harus bersaing dengan petani-peternak besar di negara lainnya yang lebih maju. Apabila mau meningkatkan produksi, pemerintah harus memberikan insentif kepada peternak dan petani.
Mentan meminta semua pihak berkaca pada kondisi petani di negara lain. Misalnya saja petani di Luxemburg, Jerman, yang rata-rata kepemilikan lahannya mencapai 50 hektare (ha). Lalu untuk sektor peternakan, pemerintah Jerman bersedia membiayai subsidi pakan agar biaya operasional menjadi lebih murah.
Kementan pun berharap banyak pada UU pemberdayaan dan perlindungan petani yang sedang dimantapkan agar bisa terlaksana tahun depan. Dalam peraturan tersebut diatur supaya petani mendapatkan kepastian usaha, salah satunya dengan pemberian asuransi. Cara ini akan menolong petani mendapatkan harga bagus, terlebih ketika menghadapi gagal panen."Seringkali ketika panen raya harga jatuh, siapa yang peduli? Hal-hal seperti ini kita harus adil melihat," ujar Suswono.
Indonesia bagaimanapun, menurut Suswono, harus cermat memilih sikap yang tepat dalam merespon kondisi perekonomian saat ini. Apabila petani diberikan proteksi harga, harga pangan di tingkat konsumen bisa terjangkau. Alternatif lainnya, konsumen bisa dimanjakan dengan mengimpor bahan pangan. "Kalau mau begitu bisa saja impor semuanya, tapi kapan petani kita berkembang maju kalau tidak ada insentif petani," katanya.