Senin 02 Sep 2013 16:26 WIB

SDBI Dorong Pengelolaan Likuiditas Bank Lebih Baik

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) tengah memperhitungkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebagai komponen Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder. Ekonom mengatakan hal tersebut akan membuat perbankan dapat mengelola likuiditasnya dengan baik.

Ekonom PT Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII), Juniman, mengatakan bank akan memiliki banyak pilihan untuk menyimpan ekses likuiditasnya. Ditambah dengan perlambatan ekonomi yang menyebabkan penurunan pertumbuhan kredit, bank akan memiliki banyak likuiditas. Saat ini, bank membayar GWM Sekunder dalam bentuk surat berharga, surat treasury, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau kelebihan pencadangan. "Dengan kondisi ini mereka bisa membeli SDBI," ujar Juniman, Senin (2/9).

Ia mengatakan SDBI juga dapat menjadi alternatif pada saat harga surat utang negara (SUN) jatuh. "SUN harganya sedang jatuh. Hal itu membuat SUN peminatnya dikit," ujar Juniman. Berbeda dengan SUN, SDBI tidak mengalami penurunan harga. Hal tersebut membuat bank tertarik untuk menyimpan sebagian likuiditasnya yang tidak terpakai di SDBI.

Ketertarikan bank terlihat dari hasil lelang perdana SDBI pada Kamis (29/8) lalu. BI menyerap likuiditas rupiah senilai Rp 4,98 triliun dalam lelang perdana tersebut. Permintaan tertinggi pada tenor 1 bulan, sedangkan tenor 3 bulan kurang diminati.

Target indikatif yang ditetapkan dalam perdana ini sebesar Rp 2,5 triliun yang terdiri atas dua tenor yakni 1 bulan dan 3 bulan. Jumlah penawaran yang masuk jauh melebihi target yang ditetapkan (oversubscribed), yakni mencapai Rp 8,56 triliun.

Tingkat rata-rata tertimbang untuk tenor 1 bulan sebesar 5,8 persen, sementara untuk tenor 3 bulan sebesar 6,3 persen. Tenor 1 bulan mendapatkan permintaan hingga Rp 8,01 triliun, sedangkan tenor 3 bulan hanya Rp 550 miliar. Untuk tenor 1 bulan, BI menyerap Rp 4,78 triliun, sementara 3 bulan hanya Rp 200 miliar. "Bank tidak perlu mencari instrumen lain. Lihat saja kemarin lelang perdana SDBI peminat banyak," ujar Juniman.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Adiningsih, mengatakan SDBI membuat bank memiliki lebih banyak fleksibilitas. Bank juga dapat mendapatkan keuntungan jika bunga yang ditawarkan menarik.

Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP, Tbk, Parwati Surjaudaja, mengatakan SDBI menjadi GWM Sekunder dapat menambah fleksibilitas bank dalam penanaman dana. "Kita lihat itu sebagai sesuatu yang positif," ujar dia. Namun, ia mengaku belum mengikuti lelamg SDBI. Pihaknya berharap dapat mengikuti lelang selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement