Ahad 01 Sep 2013 16:50 WIB

Bulog Harus Segera Impor Kedelai

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga kedelai masih bertahan tinggi selama sepekan terakhir. Di tingkat petani, harga kedelai mencapai rata-rata Rp 9.000 per kilogram (kg). Hal ini sebetulnya tidak perlu terjadi apabila produsen dalam negeri mampu menyediakan kedelai yang cukup untuk kebutuhan nasional.

Kenyataannya, hanya segelintir petani yang konsisten menanam kedelai. Produksi dalam negeri pun hanya mencapai 700 ribu ton, sementara kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton per tahun. 

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan berharap Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera mengeluarkan izin impor kedelai untuk Perum Bulog. Bulan Mei lalu, sudah terbit Peraturan Presiden terkait penugasan Bulog dalam penyaluran kedelai impor dan stabilisasi harga.

"Harapan Perpres ini, jika tidak menyangkut APBN, Bulog bisa melakukan cross subsidi. Yakni Bulog boleh impor kedelai dengan harga yang lebih murah daripada harga yang dibeli oleh pengrajin tahu tempe," ujar Wamentan akhir pekan ini.

Apabila dollar terus menguat terhadap rupiah, maka otomatis harga kedelai semakin tinggi. Oleh karena itu, diharapkan dalam APBN ada insentif yang bisa diberikan kepada petani kedelai. Cara ini akan menjaga harga tetap stabil ketika kondisi perekonomian tidak menentu. Pemerintah tetap wajib menjaga agar harga kedelai tidak terlampau rendah, misalnya dibawah Rp 7.000 ribu per kg, yang menyebabkan petani enggan bertanam kedelai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement