REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah yakin target laba sebesar Rp110 miliar hingga akhir tahun 2013 dapat tercapai meskipun kondisi perekonomian kurang menggembirakan.
"Target laba hingga akhir tahun Rp110 miliar, Insya Allah tidak ada perubahan," kata Direktur Utama
BNI Syariah Dinno Indiano dalam halalbihalal di Jakarta, Rabu malam.
Ia menyebutkan hingga akhir Juli 2013 realisasi laba perusahaan itu mencapai Rp65 miliar atau tumbuh 39 persen dibanding laba per akhir Juli 2012.
Dinno mengakui kondisi perekonomian yang kurang menggembirakan akan berdampak kepada perusahaan itu yaitu perusahaan akan menghadapi kesulitan likuiditas terkait kecenderungan meningkatnya suku bunga.
"Namun hubungan kami dengan induk atau BNI sangat baik sehingga hambatan likuiditas dapat teratasi," katanya.
Ia menyebutkan memasuki semester II 2013 ini ada kecenderungan suku bunga meningkat dan pihaknya tidak ingin terjebak di mana dana pihak ketiga (DPK) yang masuk meningkat namun penyaluran pembiayaan tidak mengalami peningkatan.
BNI Syariah mencatat total aset per Juli 2013 mencapai Rp13,4 triliun atau 49,73 persen dibanding akhir Juli 2012 (yoy). Pembiayaan mencapai Rp9,98 triliun atau tumbuh 64,65 persen (yoy), DPK mencapai Rp10,65 triliun atau tumbuh 43,53 persen (yoy), jumlah nasabah 919.000 atau naik 43 persen dibanding akhir Juli 2012 yang mencapai 674.000 nasabah.
Komposisi DPK terdiri dari giro Rp1,4 triliun, tabungan Rp4,4 triliun dan deposito Rp4,8 triliun.
"Khusus untuk pembiayaan ke sektor mikro, hingga saat ini total outstandingnya mencapai Rp600 miliar dari target Rp800 miliar," kata Dinno.
Sementara itu, Direktur Bisnis
BNI Syariah Imam Teguh Saptono menyebutkan melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS tidak akan banyak berdampak kepada BNI Syariah. "Sektor yang akan kena dampak besar adalah yang punya konten impor tinggi. Ini dari awal kami hindari," katanya.
Pihaknya juga akan memperpendek durasi pembiayaan untuk menekan dampak ketidakpastian kondisi ekonomi.
"Sementara ini kami masuk ke pembiayaan berdurasi pendek seperti segmen mikro dan UKM yang sifatnya lokal base, sementara untuk pembiayaan ke proyek infrastruktur, kami lebih waspada," katanya.
Imam menyebutkan pembiayaan yang terkait dengan valuta asing kurang dari lima persen sehingga dampak pelemahan kurs akan rendah. Selain itu debitur dengan pembiayaan valuta asing juga disyaratkan memiliki dana dalam bentuk valas.
"Nasabah yang menyimpan dananya di BNI Syariah dalam bentuK valas juga lebih banyak dibanding dengan penyaluran pembiayaan valas," katanya.
Terkait penyaluran pembiayaan segmen mikro, Imam menyebutkan, ada tiga channel penyaluran yaitu melalui kantor cabang, melalui skema kredit usaha rakyat dan melalui channel lembaga
keuangan mikro seperti Baitul Mal wa Tanwil (BMT).
"Hingga saat ini penyaluran melalui kantor cabang mencapai Rp602 miliar, melalui skema KUR Rp89 miliar dan lewat channel BMt dll sebesar Rp200 miliar," kata Imam.
sumber : Antara