REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Harga minyak dunia terangkat hingga 106 dolar AS per barel pada Selasa (27/8) setelah otoritas AS menemukan bukti kuat penggunaan senjata kimia melawan rakyat sipil.
Penggunaan senjata itu kemungkinan mendorong Washington melancarkan serangan militer melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Patokan harga minyak mentah untuk pengiriman Oktober meningkat 34 sen menjadi 106,26 dolar AS per Barel waktu tengah hari di perdagangan New York. Kontrak jatuh 50 sen atau 0,5 persen mendekasi 105,92 dolar AS pada Senin (26/8).
Harga minyak sudah naik 15 persen selama tiga bulan terakhir karena bentrokan Mesir dan perang sopil Suriah yang dapat mempengaruhi produksi dan ekspor terutama di Libya dan Irak.
Kekacauan di wilayah itu juga dinilai akan menganggungi rute pasokan. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, John Kerry terlihat memberi respon agresif pada konflik Suriah pada Senin (26/8) kemarin.
Dia mengatakan ada bukti yang tidak terbantahkan bahwa ada serangan gas mematikan di wilayah suburban Damaskus yang menewaskan ratusan orang. Market Trategist di IG Mebourne, Australia, Evan Lucas mengatakan harga minyak dunia naik setelah ada potensi intervensi internasional di Suriah.
"Lebih banyak kami dengan ini, maka akan gas dan minyak harus lebih banyak dilihat," ujar Lucas dikutip NYTimes. Minyak Brent naik 48 sen ke 111,21 dolar AS per barel di ICE Futures Exchange di London.