Senin 26 Aug 2013 12:12 WIB

Rupiah Melemah, Harga Tahu dan Tempe Mulai Meroket

Rep: Fuji Pratiwi/c20/ Red: Heri Ruslan
 Para pekerja mengolah kedelai untuk dibuat menjadi tempe di Utan Panjang, Jakarta, Kamis (31/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Para pekerja mengolah kedelai untuk dibuat menjadi tempe di Utan Panjang, Jakarta, Kamis (31/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Harga bahan pangan berbahan kedelai seperti tahu dan tempe mulai naik.

Seorang pedagang tahu di Pasar Anyar, Uhar, mengatakan tahu putih per 10 buah harganya dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000. Beruntung, pembeli mengerti. ''Naik Rp 500 masih bisa diterima ibu-ibu,'' kata Uhar.

Pedagang tempe di pasar yang sama, Didin, menaikkan tempe berukuran sekitar 15 x 10 centimeter yang dijualnya dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000. Tempe yang ukurannya lebih besar naik dari Rp 5.00 menjadi Rp 6.00).

''Harga tempe baru rata naik hari ini. Saya kasih juga dengan pabrik tempe yang punya stok kedelai murah, besok-besok sudah harus beli kedelai Rp 9.600 per kilogram,'' ungkap Didin. Didin sendiri memasok tempe langsung dari pabrik di sekitar Sindang Barang Jero dan Cimanggu.

Uhar dan Didin berharap harga bahan makanan dari kedelai bisa turun. ''Jadi harga bahan pakanan bisa stabil lagi,'' kata Didin.

Sementara harga oncom berukuran 20 x 15 centimeter masih Rp 5.000. Karena sumbernya dari ampas gilingan kedelai untuk tahu, harganya tidak terpengaruh.

Pedagang gorengan, Fahrudin, juga masih mempertahankan harga dagangannya Rp 2.000 untuk tiga potong gorengan. ''Biarpun sedikit, lumayanlah masih dapat untung,'' kata Fahrudin.

Dalam sehari, ia menghabiskan dua tempe berukuran 15 x 10 centimeter. ''Sejauh ini  saya belum akan menaikkan harga. Tapi kalau naik terus, apa boleh buat,'' ungkap Fahrudin, pasrah.

Ia mengatakan jika harga naik, dagangannya akan berkurang. Sebab, modalnya yang terbatas tak akan mampu mengejar harga tahu dan tempe jika terus naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement