Ahad 25 Aug 2013 15:46 WIB

Produsen Segera Naikkan Harga Makanan-Minuman Kemasan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Makanan Impor (Ilustrasi)
Foto: VHR Media
Makanan Impor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengeluhkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi pukulan pihaknya. Kini Gapmmi sedang mengkaji menaikkan harga jual produk makanan dan minuman.

Ketua umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, pihaknya sudah dua kali menghadapi dua kali pukulan yang membuat harga bahan baku makanan dan minuman naik. Hantaman pertama yaitu saat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Tetapi kami memutuskan tidak menaikkan harga jual produk supaya penjualan tidak menurun,” katanya kepada ROL, Ahad (25/8).

Kemudian pukulan kedua yang dihadapi pihaknya yaitu pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Bahkan, dia melanjutkan, kurs rupiah sempat menyentuh angka hingga kisaran Rp 11.400 per dolar AS pada pekan lalu.  “Padahal, bahan baku makanan dan minuman banyak yang masih impor,” ujarnya. 

Dia menjelaskan, bahan baku dari produk-produk makanan dan minuman yang semi olahan mayoritas masih impor. Kemudian bahan baku makanan segar dan pewarna pangan juga diimpor. “Bahkan bahan baku makanan-makanan seperti gula dan tepung terigu masih 100 persen impor,” tuturnya. 

Impor bahan baku untuk susu mencapai 70 persen dan impor bahan baku buah sebesar 60 persen. Seiring dengan melemahnya rupiah dan kenaikan harga bahan baku impor, pihaknya tentu sudah tidak bisa bertahan dalam keadaan itu. Pihaknya harus menaikkan harga jika rupiah terus melemah. Saat ini pihaknya sedang menghitung besaran kenaikan harga jual produk makanan dan minuman. “Kami masih melihat fluktuasi rupiah. Tetapi kami akan memutuskan harga jual produk paling lambat pekan depan,” ucapnya.

Opsi lain yang dipertimbangkan pihaknya adalah mengurangi atau mengubah kemasan produk untuk mengurangi biaya produksi. Untuk itu Adhi berharap pemerintah bisa segera menurunkan nilai tukar rupiah. Dia menilai paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah, Jumat (23/8) kemarin merupakan awal pemerintah memberikan stimulus terhadap pelemahan rupiah dan konsidisi ekonomi yaitu neraca perdagangan yang defisit.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement