Sabtu 24 Aug 2013 14:27 WIB

INDEF: Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Mengecewakan

Rep: Ira Sasmita/ Red: Djibril Muhammad
Paket Ekonomi (ilustrasi)
Paket Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah cenderung mengecewakan, terutama bagi pelaku usaha.

Kebijakan yang terdiri dari empat paket tersebut juga dikhawatirkan tidak akan mampu menjawab persoalan pelemahan rupiah yang terjadi di Indonesia.

Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini sudah mendekati level sekarat. Defisit terjadi pada neraca perdagangan, neraca pembayaran, dan APBN.

"Kondisi ini bahkan sudah sama dengan krisis 2008, butuh penanganan yang tidak as usual. Semua pelaku usaha pasti menunggu empat langkah pemerintah,tapi ketika mendengarkan kebijakannya hampir semua pelaku pasar kecewa," kata Enny dalam diskusi 'Rupiah Bikin Resah' di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (24/8).

Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini, menurut Enny sangat signifikan. Bila tidak hati-hati, krisis di Indonesia bisa saja menyerupai krisis di India dan Thailand.

Persoalannya, instrumen yang dikeluarkan pemerintah atau pun Bank Indonesia diperkirakan tidak akan efektif menyelesaikan masalah jangka pendek.

Harusnya, Enny menambahkan, paket kebijakan ekonomi tersebut menimbulkan optimisme dari pelaku pasar. Serta mendorong kepercayaan terhadap rupiah dan tren ekonomi ke depan.

"Tapi persoalannya yang punya dolar AS tidak percaya dengan rupiah. Padahal kata kuncinya kepercayaan, sekarang bagaimana kita mau percaya kalau setiap nota keuangan yg disampaikan pemerintah targetnya selalu meleset," katanya.

Kebijakan fiskal yang dikeluarkan pemerintah, serta kebijakan moneter Bank Indonesia dinilai Enny cukup baik sebagai kebijakan jangka menengah. Tetapi, untuk kebijakan jangka pendek menurutnya tidak bisa mengendalikan krisis yang terjadi.

Defisit, bagaimana menekan impor bahan baku yang mencapai 80 persen. Dan impor migas serta impor pangan yang sangat tinggi. Bila terdepresiasi, dikatakan Enny, daya saing produk domestik akan habis.

"Jadi pemerintah harus memberikan solusi signifikan untuk pelaku pasar secara riil, dengan menawarkan kemudahan akses pembiayaan dan keringanan bunga," ungkap Enny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement