REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Manajemen pengelolaan bandara Frans Kaisiepo PT Angkasa Pura I cabang Kabupaten Biak Numfor, Papua mengalami kerugian operasional hingga Rp 23 miliar. Kerugian tersebut akibat minimnya jalur penerbangan menyinggahi Biak pasca penutupan penerbangan Internasional 1990-an.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Frans Kaisiepo Biak Mervin Butar-Butar di Biak, Kamis (22/8) mengakui, penerimaan manajemen bandara Frans Kaisiepo Biak setiap tahun merugi karena hanya melayani penerbangan lokal dan penerbangan perintis antar kota di Provinsi Papua dan Papua Barat. Untuk itu perlu dibuka layanan penerbangan Internasional melalui bandara Frans Kaisiepo.
Mervin mengatakan, penyebab lain turunnya pendapatan manajemen PT Angkasa Pura I Biak sebagai pengelola operasional bandara Frans Kaisiepo karena tidak adanya jalur penerbangan Internasional yang menyinggahi bandara Biak. "Pendapatan manajemen PT Angkasa Pura I Biak akan bertambah jika ada penerbangan Internasional melalui bandara Frans Kaisiepo Biak," ujarnya.
Ia mengatakan, jika layanan penerbangan lewat bandara Frans Kaisiepo Biak sangat minim melewati Biak, maka sangat berdampak juga terhadap penurunan penghasilan. Meski pendapatan pihak pengelola merugi, tetapi jajaran PT Angkasa Pura I bandara Frans Kaisiepo Biak tetap meningkatkan pelayanan sesuai standar, berupaya meningkatkan penghasilan serta memberikan perhatian pada masyarakat di areal lingkungan bandara.
Ia berharap, keinginan Gubernur Papua Lukas Enembe bersama Pemkab Biak Numfor berencana menghidupkan kembali jalur penerbangan Internasional melalui bandara Frans Kaisiepo Biak Numfor patut didukung karena bisa menghidupkan perekonomian daerah. Menyinggung fasilitas sarana penerbangan di Angkasa Pura I Bandara Frans Kaisiepo Biak, menurut Mervin, sangat lengkap dan memadai karena keberadaan bandara Biak pernah beroperasi melayani penerbangan Internasional Honolulu-Hawai, Los Anggeles via Biak.
"Untuk berbagai fasilitas landing pesawat, depo pengisian bahan bakar pesawat serta kelengkapan lain dimiliki bandara Frans Kaisiepo Biak berkualifikasi Internasional," ungkap Mervin.
Ia berharap, bila pengoperasian kembali bandara Biak menjadi rute penerbangan Internasional terwujud, diharapkan dapat mendorong penerimaan daerah serta membuka pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah ini. "Program Gubernur Lukas Enembe untuk membuka jalur penerbangan Internasional melewati bandara Frans Kaisiepo Biak patut disambut positif," kata Mervin.