REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Chatib Basri meminta publik tidak mengkhawatirkan peristiwa jatuhnya Thailand dan India ke dalam jurang resesi. Resesi diprediksi tidak akan menimpa Indonesia.
Meski begitu, Chatib membenarkan apabila gangguan salah satu negara di dalam lingkup perekonomian global akan berimbas kepada negara lain.
"Jadi, tidak ada satu negara pun yang immune (kebal) dengan krisis. Yang bisa dilakukan adalah membuat kebijakan ekonomi yang lengkap sehingga dampaknya minimal," kata Chatib, Kamis (22/8).
Thailand dan India jatuh ke dalam jurang resesi yang ditandai oleh pelemahan nilai tukar serta penurunan indeks pasar saham. Pertumbuhan ekonomi negeri gajah putih itu telah direvisi dari 4,5-5,2 persen menjadi 3,8-4,3 persen.
Sejumlah analis memperkirakan perlambatan pertumbuhan masih akan terjadi. Pelemahan ekspor menjadi salah satu penyebab. Selain itu, lemahnya permintaan domestik turut mendorong terdorongnya negeri gajah putih ke jurang resesi.
Sedangkan India, mengalami sejumlah permasalahan seperti dari sisi defisit neraca transaksi berjalan, perlambatan pertumbuhan hingga kenaikan indeks harga konsumen alias inflasi. Juli lalu, inflasi melonjak hingga 9,64 persen year on year.
Chatib menjelaskan situasi perekonomian yang dihadapi negara-negara berkembang saat ini benar-benar kompleks. Ini merupakan salah satu akibat dari rencana tappering off quantitative easing oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Indonesia, menurut Chatib, harus menunjukkan bahwa kondisinya berbeda dengan Thailand dan India. Jadi Jumat nanti tentu kita akan datang dengan paket (kebijakan ekonomi).
"Kenapa paket? Karena yang kita hadapi ini situasi dari ekonomi global yang makin tidak bersahabat. Jadi, bukan hanya sekadar Thailand begitu, lalu kita bikin," kata Chatib.