REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melorot. Untuk mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) diminta membuka katup pinjaman melalui perjanjian multilateral.
Dalam kurs tengah BI, rupiah berada pada level Rp 10.504 per dolar AS, melemah 53 basis poin (bps) dari hari sebelumnya. Sementara itu, dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG anjlok 177,2 poin atau 4,11 persen menjadi 4.136,32 poin.
Kepala Sub Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjaminan Simpanan, M. Doddy Ariefianto, mengatakan BI sebaiknya mulai membuka katup-katup perjanjian bilateral dan multilateral yang selama ini terjalin. Sebagai contoh, Chiang Mai Inisiatif Multilateral (CMIM).
Perjanjian antar negara anggota ASEAN, China, Jepang, dan Korea itu memberikan perjanjian sebesar 120 miliar dolar AS untuk mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. "Dana-dana pinjaman itu dapat digunakan untuk mengantisipasi tekanan di pasar keuangan," ujar Doddy, Selasa (20/8).
Ia mengatakan bahwa situasi saat ini tidak normal dan ada kemungkinan masih terus melemah dalam jangka pendek. LPS akan terus memperhatikan kondisi pelemahan nilai tukar dan melorotnya indeks.
Pelemahan nilai tukar saat ini masih sejalan dengan mata uang global. Berdasarkan data LPS, mata uang Lira Brazil turun 14 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Begitu juga dengan Rupee India, Thailand Bath, dan Ringgit Malaysia yang tergerus masing-masing 12,3 persen, 8 persen, dan 7 persen.