REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (ISHG) terpuruk. Begitu pula dengan nilai tukar rupiah yang merosot hingga hampir mencapai Rp 11 ribu per dolar AS. Menanggapi hal ini, staf khusus presiden bidang ekonomi, Firmanzah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus memonitor perkembangan tersebut.
"Presiden telah menginstruksikan menteri keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia, LPS, dan OJK untuk membahas policy respon dan mitigasi dampak gejolak eksternal dalam FSKK," katanya, Selasa (20/8).
Ia mengatakan, pemerintah harus konsentarasi terhadap dampak atas rencana pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di Amerika Serikat. Sebelumnya, dalam pidato kenegaraan akhir pekan lalu, SBY sudah mewanti-wanti tentang kondisi perekonomian global yang masih belum membaik dan lambat laun akan berdampak terhadap kondisi di Tanah Air.
Kala itu, ia menekankan pemerintah perlu kesiapan mental dan kebijakan tepat untuk langkah antisipatif terhadap ketidakpastian global. Yang diperlukan adalah koordinasi antara otoritas fiskal, otoritas moneter dan sektor riil.
Saat ini, lanjut dia, Indonesia sudah lebih siap karena telah memiliki Forum Stabilitas Sistem Keuangan, FSSK, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, dengan bergabungnya OJK, akan semakin menguatkan perekonomian.
"Kita optimistis kesiapan menghadapi setiap gejolak eksternal menjadi lebih baik lagi, sebagaimana keberhasilan kita melewati krisis ekonomi dunia pada tahun 2008-2009 yang lalu," katanya.