Ahad 18 Aug 2013 17:16 WIB

Buruh Tuntut Kenaikan Upah 50 Persen, Apindo: Tidak Realistis

Rep: Fenny Melisa/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanadi menilai tuntutan sejumlah serikat buruh yang ingin menaikan upah minimum sebesar 50 persen pada 2014 nanti tidak realistis. "Upah naik 50 persen itu permintaan yang tidak realistis," kata Sofyan ketika  dihubungi ROL, Ahad (18/8).

Ia menungkapkan naiknya harga BBM tidak hanya berimbas pada berkurangnya daya beli buruh tapi juga pada kemampuan industrial para pengusaha. Naiknya harga BBM, kata dia, membuat harga pokok bahan-bahan industri juga meningkat. "Dengan naiknya harga BBM membuat pengusaha saat ini lebih sulit," ujarnya.

Belum lagi, tambah Sofyan, masuknya barang-barang impor yang lebih murah membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. "Sekarang ini orang lebih memilih barang impor karena lebih murah. Pengusaha makin sulit. Gimana bisa you minta upah naik?," katanya.

Lebih lanjut Sofyan mengatakan saat ini investasi di Indonesia cendrung melemah. Hal tersebut membuat perkembangan usaha semakin sulit. "Imbasnya mungkin akan lebih banyak lagi buruh/pekerja yang di PHK kalau buruh minta upah dinaikan," kata dia.

Sofyan pun menampik tudingan mengenai pernyataannya yang mengatakan tidak adanya buruh yang di PHK lantaran tuntutan kenaikan upah tahun lalu. Menurutnya ribuan buruh terutama industri padat karya seperti tekstil, sepatu, garmen, dan barang elektronik, di PHK karena pengusaha/perusahaan tempat mereka bekerja tidak mampu memenuhi tuntutan upah yang naik.

"Tahun lalu, ribuan buruh industri padat karya di PHK karena tuntutan upah yang naik. Tahun ini mungkin akan ada PHK lagi," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement