Jumat 16 Aug 2013 17:09 WIB

Wamentan: Impor Daging Beku Pillihan Terburuk

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Daging sapi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Daging sapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan pihaknya akan memberikan ruang yang lebih besar untuk mengimpor sapi betina produktif. Hal ini perlu dilakukan agar budidaya sapi domestik bisa terjadi. Dengan demikian, kebutuhan daging sapi nasional bisa dipenuhi oleh sumber daya dalam negri.

Saat ini pemerintah telah menjalankan serangkaian langkah untuk menstabilkan harga daging. Salah satu cara yang dipakai yaitu dengan melakukan impor daging beku. Namun langkah ini ternyata merupakan pilihan impor. "Impor dgaing beku itu pilihan yang terburuk, sebab kita tidak mendapatkan nilai tambah apapun," ujar Wamentan usai rapat paripurna di DPR RI, Jumat (16/8).

Impor daging beku juga dinilai menghabiskan devisa. Lebih baik pemerintah mengimpor sapi siap potong, walaupun nilai tambahnya kecil. "Minimal di dalam negri ada kegiatan pemotongan," katanya.

Langkah yang lebih baik lagi dari impor sapi potong yaitu impor sapi bakal. Industri ini butuh proses penggemukan, sehingga memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi. Langkah yang terbaik menurutnya yaitu dengan mengimpor sapi betina produktif. Cara ini akan melancarkan budidaya dalam negeri. Kementan menurut dia sedang melakukan proses pendekatan pada Kementerian Pertanian di Australia untuk rencana ini.

Namun ia berharap Australia dapat memasok sapi betina dengan kualitas yang lebih baik. Selama ini sapi impor yang dikirimkan Australia cepat menurun produktifitasnya. "Kita maunya bisa melahirkan 5-6 kali. Tapi saat ini sekali melahirkan langsung berhenti hamil," ujarnya kepada ROL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement