REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar melemah terhadap beberapa mata uang utama lainnya pada Selasa (6/8) atau Rabu (7/8) pagi WIB. Meskipun data ekonomi lebih baik dan komentar dari para pejabat Federal Reserve menyatakan bahwa program stimulus agresif bisa segera dikurangi.
Euro diperdagangkan di level 1,3306 dolar AS dibandingkan dengan 1,3255 dolar AS pada Senin (5/8). Dolar AS jatuh menjadi 97,76 yen dari sebelumnya 98,22 yen. Pun, euro merosot menjadi 130,10 yen dari 130,20 yen.
Data perdagangan Departemen Perdagangan untuk Juni menunjukkan defisit perdagangan menyempit, yang kata para analis menunjukkan kemungkinan sebuah revisi naik pada perkiraan pertumbuhan untuk kuartal tersebut, dan pertumbuhan kuat dalam kuartal saat ini.
Ketua Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan Fed mengurangi program pembelian obligasinya 85 miliar dolar AS per bulan pada September. Evans adalah anggota pemberi suara pembuatan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Fed dan dianggap "dovish" pada kebijakan moneter, kata Kathy Lien dari BK Asset Management.
"Neraca perdagangan AS mencapai tingkat terbaik sejak Oktober 2009 dan namun dolar hampir tidak beranjak," begitu kata Lien.
Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, mengatakan dolar terus merasa tertekan dari laporan pekerjaan bulanan yang mengecewakan pada Jumat, yang mempersuram beberapa harapan untuk pengurangan stimulus pada September.
Di antara mata uang lainnya, poundsterling Inggris merosot menjadi 1,5347 dolar AS dari 1,5352 dolar pada Senin. Dolar AS merosot menjadi 0,9258 franc Swiss dari 0,9273 franc.