REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia menyebabkan bank merevisi target laba pada akhir tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan turun dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen. Karena dampak ekonomi global tersebut pemerintah mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,3 persen menjadi 5,8-6,2 persen.
Direktur PT Bank Mandiri, Tbk, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan perseroan akan merevisi target laba tahun lain. Proyeksi laba Bank Mandiri pada awalnya sekitar Rp 17 triliun, atau tumbuh 9,6 persen. Namun, proyeksi laba direvisi menurun sebesar Rp 400-500 miliar, atau hanya tumbuh 6,4 persen. Jumlah laba yang telah direvisi masih lebih besar daripada laba yang dterima pada 2012, yakni Rp 15,5 triliun.
"Penurunan laba terjadi karena adanya kenaikan biaya dana," ujar Budi kepada ROL, baru-baru ini. Hal tersebut membuat marjin bunga bersih terkoreksi sebesar 25-50 basis poin (bps) dari kuartal I-2013 menjadi 5,2-5,3 persen.
Budi tetap optimistis 2013 masih lebih baik daripada krisis 2008. "Posisi kami saat ini jauh lebih baik daripada 2008. Namun, bank besar lebih baik konservatif," ujarnya. Pada semester I-2013, Bank Mandiri mencetak laba sebesar sebesar Rp 8,3 triliun, tumbuh 16 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI), Achmad Baiquni, mengatakan bahwa kondisi makro ekonomi nasional semakin tidak kondusif pada semester II tahun ini karena inflasi, pelemahan rupiah dan perlambatan ekonomi. "Laba pada semester II-2013, tidak lebih baik dari semester I. Target laba hingga akhir tahun hanya tumbuh 10 persen," ujar Baiquni.
Pada semester I-2013, laba BRI tumbuh 16,34 persen menjadi Rp10,01 triliun. Pertumbuhan laba jauh lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 26,83 persen menjadi Rp 8,61 triliun.
Ketatnya likuiditas perbankan mendorong peningkatan persaingan dana sehingga biaya dana (COF) meningkat. Biaya dana BRI naik 20-40 bps menjadi 3,55 persen pada semester I-2013. Peningkatan COF menggerus marjin bunga bersih (NIM) BRI dari 8,49 persen pada semester I-2012 menjadi 8,08 pada semester I-2013. Perusahaan akan berusaha meningkatkan penyaluran kredit agar NIM tak semakin berkurang.
Pertumbuhan kredit BRI pada semester I-2013 sebesar 28,5 persen menjadi Rp 391,77 triliun. Tingginya alokasi kredit terjadi pada kredit mikro yang meningkat 26,4 persen yoy menjadi Rp 122,08 triliun.