REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan deposito PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada semester I-2013 negatif. Perseroan mencatatkan pertumbuhan -4,7 persen pada paruh pertama 2013 menjadi Rp 72,4 triliun.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan sejak kuartal II-2012 hingga April 2013, deposito turun dari Rp 76 triliun menjadi Rp 68 triliun. "Dana Pihak Ketiga (DPK) terkompensasi dengan kenaikan dari giro dan tabungan," ujar Jahja, Senin (29/7) malam.
Untuk menyiasatinya, BCA menaikan suku bunga deposito pada awal Mei dari 3,5 persen menjadi 5 persen. DPK dalam bentuk deposito akhirnya meningkat dari Rp 68 triliun menjadi Rp 72 triliun pada Juni. Melihat kecenderungan inflasi yang lebih besar, BCA kembali menaikan suku bunga deposito pada Juli, dari 5 persen menjadi 5,75 persen.
Pada semester I-2013, DPK BCA tercatat sebesar Rp 378,5 triliun, meningkat 10,9 persen yoy. Komposisinya, untuk tabungan meningkat 15,6 persen menjadi Rp 208,9 triliun, giro tumbuh 17,2 persen menjadi Rp 97 triliun dan deposito turun 4,7 persen menjadi Rp 72,4 triliun.
Jahja mengatakan sebagai kompensasi dari kenaikan suku bunga deposito, BCA menaikan suku bunga kredit pada Juni sebesar 0,25 persen dan 0,5 persen pada Juli untuk suku bunga mengambang. "Kenaikan suku bunga kredit juga disebabkan kenaikan harga-harga barang yang harus kita beli dalam bentuk dolar AS, seperti mesin ATM dan EDC," ujarnya.
Dengan kenaikan bunga kredit dan deposito, BCA berharap dapat mempertahankan marjin bunga bersih (NIM) sebesar 5,95 persen.