Senin 29 Jul 2013 14:48 WIB

Kementan: Daging Impor Bulog Halal dan Sehat

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang memilah kotakan kardus berisi daging sapi impor Bulog di Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (17/7).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pedagang memilah kotakan kardus berisi daging sapi impor Bulog di Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah ambil sikap mengenai status halal daging impor milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan pihaknya telah melakukan prosedur karantina yang ketat dalam menyeleksi daging impor. "Daging tersebut memenuhi persayaratan aman, sehat, hidup dan halal," ujar Kepala Badan Karantina Kementan Banun Harpini, Senin (29/7).

Banun pun menjamin mutu sapi siap potong tambahan impor. Badan karantina dikatakan telah berkoordinasi dengan otoritas Australia untuk hanya mengirimkan sapi yang bebas vaksinasi, baik itu berupa antibiotik maupun suntikan hormon. Hanya sapi yang tidak melakukan treatment tersebut selama dua bulan terakhir yang dikirimkan ke Indonesia.

Pihak karantina juga telah mengirimkan dokter hewan ke Darwin sejak tanggal 20 Juli lalu untuk melakukan tindakan karantina awal di negara eksportir. Proses pengawasan terus dilakukan hingga saat pengapalan.

Sebelum dimasukkan ke dalam kapal, kembali dilaksanakan pemeriksaan fisik terhadap sapi. Lalu setelah tiba di Tanjung Priok, sapi akan langsung diantarakan ke rumah potong hewan (RPH).

Pengapalan pertama dilakukan tanggal 25 Juli 2013. Saat itu dikirimkan sebanyak 1.478 ekor dari jumlah awal 1500 ekor yang hendak dikirimkan. Sapi siap potong ini direncakan tiba esok hari (30/7).   "Beberapa sapi tidak memenuhi persyaratan," ujar Banun.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan pihaknya ketat mengawasi mutu daging milik Bulog. Sedangkan terkait kehalalan dgaing, ia beranggapan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang paling bertanggung jawab. Namun daging milik Bulog dikatakan sudah memiliki sertifikat halal.

Selain mengimpor daging beku dan daging siap potong, pemerintah juga sedang menjajaki impor sapi bakalan. Sapi bakaln impor ini perlu digemukkan selama tiga bulan lebih sebelum akhirnya diolah menjadi daging. Diharapkan ada nilai tambah dari pilihan impor kali ini.

Alternatif lainnya yaitu dengan mengimpor sapi betina produktif serta menambah populasi pedet, atau anak sapi. Nanti sapi betina tersebut akan dibudidayakan dengan cara inseminasi buatan. "Ini untuk rencana jangka panjang," ujarnya.

Australia menjadi satu-satunya negara yang dipilih Indonesia untuk mengimpor daging guna menstabilkan harga. Alasannya, lokasi Australia cukup strategis bila dijangkau dengan kapal maupun pesawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement