REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai PT Kalbe Farma Tbk akan meningkatkan beban produksi. Hal tersebut diperkirakan akan terasa dampaknya di kuartal keempat hingga tahun depan. "Ketika nilai tukar rupiah melemah 10 persen, maka ongkos produksi naik 3,5 persen," kata Direktur Keuangan Kalbe Farma Vodjongtius, Kamis (25/7).
Pengaruh pelemahan rupiah sangat terasa oleh perseroan yang masih mengimpor bahan baku untuk produksi. Sekitar 95 persen bahan baku perseroan adalah impor sehingga pelemahan rupiah mendorong tingginya harga yang harus dikeluarkan perseroan.
Untuk itu Kalbe Farma akan melakukan efisiensi dan beberapa upaya lain untuk menekan pelemahan nilai tukar rupiah. Seperti efisiensi produksi, menaikkan harga, dan mencari bahan baku yang lebih murah namun kualitas yang tidak jauh berbeda.
Pelemahan baru terasa di akhir tahun hingga awal 2014. Saat ini perseroan masih memiliki cadangan bahan baku sehingga dampak rupiah belum bisa dihitung. Dampak akan terasa ketika bahan baku habis dan perseroan perlu menyediakan stok baru untuk produksi selanjutnya.
Terkait rencana kenaikan harga produksi, Vidjongtius mengungkapkan hal tersebut masih dalam kajian Kalbe. Di awal tahun sudah ada kenaikan harga sehingga untuk saat ini Kalbe masih memonitor nilai tukar rupiah. "Jika rupiah di level Rp 10 ribu tidak apa-apa, yang penting harganya stabil dan tidak naik-turun," ujar Vidjongtius.
Meski pun mengeluhkan pelemahan rupiah, Kalbe masih bertahan dengan target akhir tahun, yaitu pertumbuhan penjualan dan laba sebesar 18 persen. Tahun lalu penjualan perseroan mencapai Rp 13,6 triliun. Tahun ini diharapkan penjualan bisa mencapai Rp 16 triliun.