Ahad 21 Jul 2013 17:12 WIB

Pertamina Dinilai Tepat Jadi Penerus Blok Mahakam

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Lapangan Migas Blok Mahakam.
Foto: IST
Lapangan Migas Blok Mahakam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah harus segera memutuskan penerus Blok Mahakam, Kalimantan Timur yang kontraknya dengan Total E&P Indonesie akan habis pada 2017. Pertamina dinilai perusahaan yang tepat untuk mengelola Blok tersebut ke depannya.

 

Pengamat Energi Indonesia Resources Studies (Iress) Marwan Batubara mengungkapkan, lambatnya pemerintah memutuskan penerus Blok Mahakam memperburuk iklim investasi. ‘’Harus secepatnya kalau perlu besok diputuskan,’’ kata dia kepada ROL, Ahad (21/7).

 

Marwan menjelaskan, molornya keputusan tersebut memperburuk iklim investasi karena, salah satunya Total tak akan melakukan eksplorasi sumur baru sebelum ada kepastian perpanjangan kontrak jatuh ke perusahaan migas asal Perancis itu. Selain itu para investor lain akan melihat rumitnya dan ketidakjelasan dalam mengurus kontrak.

 

Beberapa waktu yang lalu, Senior Vice President Total E&P Asia Pacific Jean Marie Gullermo saat bertemu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menawarkan hak partisipasi sebanyak 30 persen dari saham Total dan Inpex kepada Pertamina dan mengajarinya dalam mengelola blok tersebut. Bimbingan dalam mengelola itu dengan alasan agar lifting minyak tetap terjaga.

Sekarang, saham Blok Mahakam dikuasai oleh Total dan Inpex masing-masing 50 persen. Nantinya apabila tawaran Total diterima, saham akan terbagi, Total 35 persen, Inpex 35 persen, dan Pertamina 30 persen. Menurut Marwan, iming-iming dari Total itu adalah suatu penghinaan. ‘’Itu penghinaan dan pemberian 30 persen itu, apa hak Total mengatur-atur,’’ ujar dia.

 

Dia menilai, Pertamina mampu mengelola Blok Mahakam secara independen. Alasannya, nantinya perusahaan migas dalam negeri itu akan menggunakan pekerja yang telah berkecimpung di sana. Pekerja di Blok Mahakam hanya akan berganti tampuk kepemimpinan.

 

Selain itu, Marwan menjelaskan, eksplorasi Pertamina di Offshore North West Java (ONWJ) mengalami peningkatan produksi minyak. Dari yang tadinya 12 ribu barel per hari (bph) menjadi 33 ribu bph.

 

Apabila dianggap tak mampu, dia melukiskan, 98 persen yang bekerja di Blok Mahakam ialah orang Indonesia. Para pekerja itu mengerjakan banyak hal sampai dengan bagian teknologi. Para karyawan itu nantinya akan direkrut Pertamina untuk meneruskan pengoperasian blok itu.

 

Jika nanti keputusan pemerintah berat ke Total, isu-isu seperti, investasi akan menurun, lifting menurun, dan lainnya akan dihembuskan agar perpanjangan kontrak dengan Total dinilai keputusan yang tepat. Selain itu nantinya pemerintah akan memilih waktu yang setelahnya bertepatan dengan dengan libur panjang agar tak ada protes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement